BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan pendidik sangat
penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan
menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai
dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai
pendidik, karena memiliki ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Pendidik mempunyai tugas yang mulia, sehingga islam memandang
pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak
berilmu dan orang-orang yang bukan sebagai pendidik. Tetapi disamping itu
orang-orang yang berilmu tidak boleh menyembunyikan atau menyimpan ilmu-ilmu
yang dimilikinya itu untuk dirinya sendiri, melainkan memberikan dan menolong
orang lain yang tidak berilmu sehingga menjadi berilmu (pandai).[1]
Pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di
zaman nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam
menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi
contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim
itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang.[2]
Di dalam hal pendidik islam ini Al Gazali
mewajibkan kepada para pendidik islam harus memiliki adab yang baik, karena
anak-anak didiknya selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus
diikutinya. Dan hal ini
harus diinsafi oleh pendidik. Mata para anak didik selalu tertuju kepadanya dan
telinganya selalu mendengarkan tentangnya. Maka bila ia menganggap baik berarti
baik pula di sisi mereka dan apa yang ia anggap jelek berarti jelek pula di
sisi mereka.
Dengan pendapat tersebut diatas, menunjukkan betapa beratnya tugas
pendidik itu menurut pandangan islam. Persyaratan tersebut tidak lain bertujuan
agar para pendidik dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak didiknya tidak
merugikan pertumbuhan jiwa anak didik dan merugikan agama. Secara tidak
langsung hal tersebut dapat dimengerti bahwa para pendidik mempunyai pengaruh
yang besar terhadap anak didiknya dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.[3]
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya
terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragama,
maupun sebagai makhluk individual dan sosial.
Dampak negatif yang paling berbahaya
terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan
adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan
hidupnya adalah nilai material, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang
sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Manusia pasti kehilangan kendali dan salah
arah bila nilai-nilai spiritual ditinggalkan, sehingga mudah terjerumus ke
berbagai penyelewengan dan kerusakan akhlak. Misalnya melakukan perampasan
hak-hak orang lain, penyelewengan seksual dan pembunuhan.[4]
Dalam ajaran
islam disebutkan , bahwa kebaikan manusia di lihat dari segi budi pekerti atau
akhlaknya, sesuai dengan firman allah dalam surat ali-imran ayat 134 yang
berbunyi sebagai berikut :
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZã Îû Ïä!#§£9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
Artinya:
“(yaitu)
orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan” (Q.S. Ali Imran: 134).[5]
Manusia
dituntut untuk mempunyai akhlak yang baik atau akhlakul karimah sebab dengan
akhlak ini manusia dapat menemukan kebahagiaan setiap harinya hingga menuju
akhirat, dan juga dicintai oleh banyak orang.
Berakhlak mulia
merupakan tingkah laku atau budi pekerti yang diajarkan dalam islam. Jadi
mereka yang berkepribadian takwa, taat menjalankan ajaran-ajaran agama, harus
memiliki budi pekerti yang luhur atau akhlak yang mulia. Akhlak mulia menurut
ajaran islam ialah setiap perbuatan yang sesuai dengan yang di perintahkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Tuhan telah memerintahkan kita untuk menghiasi diri dengan akhlak mulia,
sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qoshas ayat 77 yang berbunyi :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya:
“dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di
dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (Q.S.
Al-Qoshas: 77).[6]
Dari ayat
tersebut jelas bahwa Allah menghendaki agar umat manusia berbuat baik, berbudi
pekerti luhur. Dan Allah sangat membenci orang-orang yang berbuat kerusakan
dimuka bumi. Akhlak mulia yang telah dikehendaki oleh Islam telah tercermin
dalam pribadi Rasulullah saw. Memang agama Islam dilahirkan ditengah masyarakat
yang bermoral rendah dan kerusakan akhlak, oleh sebab itu agama Islam sangat
mengutamakan sopan santun atau akhlakul karimah.
Pengertian
pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi.
Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan
agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, menberikan contoh, melatih
keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung
pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan
dalam pengertian sekarang.[7]
Orang Arab
Mekah yang tadinya penyembah berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong maka
dengan usaha dan kegiatan Nabi mengislamkan mereka, lalu tingkah laku mereka
berubah menjadi penyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah
lembut dan hormat pada orang lain.
Mereka telah
berkepribadian muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran islam. Dengan
itu berarti Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim
dan sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik yang
berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia, kita rumuskan
sekarang dengan pendidikan islam. Cirinya ialah perubahan sikap dan tingkah
laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha,
kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya.
Dengan demikian, secara umum pendidikan Islam itu adalah pembentukan
kepribadian muslim.[8]
Dalam
pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam, merupakan pendidikan
yang mengajarkan nilai-nilai moral atau akhlak. Pendidikan islam tidak dapat
diragukan sebagai pusat-pusat pemelihara dan pengembangan nilai-nilai moral
atau akhlak yang didasarkan agama Islam.[9]
Perbaikan akhlak merupakan suatu misi yang paling utama yang harus
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam kepada anak didik, strategi
merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih
terkait erat dengan proses pembinaan akhlakul karimah siswa. Strategi guru
pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa pada dasarnya
nantinya juga sangat mempengaruhi tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
akhlak itu sendiri. Terlebih apabila pengaruh terhadap tingkat kesadaran siswa
dalam mengamalkan nilai-nilai luhur, baik yang ada dalam lembaga atau di luar
lembaga, baik yang bersifat formal maupun non formal.[10]
Pada setiap lembaga pendidikan baik yang bersifat formal atau non
formal, pastilah mempunyai komitmen yang kuat terhadap usaha untuk pembinaan
akhlakul karimah siswa, hal ini tidak bisa di pungkiri lagi karena pembinaan
setiap lembaga pendidikan yang berkomitmen untuk membina akhlakul karimah pada
siswanya, tentunya memiliki strategi atau cara tersendiri dalam proses
pembinaannya. Hal ini disebabkan perbedaan karakter dari masing-masing peserta
didik pada suatu lembaga pendidikan tertentu pula. Keberagaman strategi guru
agama islam dalam proses pembinaan akhlakul karimah bertujuan untuk menarik
minat belajar para siswa, dan untuk membentuk suasana belajar yang tidak
menjenuhkan dan monoton sehingga kelancaran dan keberhasilan dalam pembinaan
akhlakul karimah siwa dapat semaksimal mungkin berhasil dengan baik. Tanpa
adanya strategi guru agama Islam sudah
barang tentu proses pembinaan akhlakul karimah siswa tidak dapat berjalan
dengan maksimal, gaya mengajar dan menyampaikan materi pelajaran agamapun harus
bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan kelas, sehingga siswa tidak merasa
jenuh dan mampu memahami serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.[11]
Tugas guru
pendidikan agama Islam
di sekolah adalah membina dan
mendidik siswanya melalui pendidikan agama Islam yang
dapat membina akhlak para siswa
dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Tugas tersebut terasa berat
karena ada unsur tanggung jawab mutlak
guru, akan tetapi juga keluarga
dan masyarakat mendukung
dan bertanggung jawab serta bekerja
sama dengan mendidik
anak, maka pembinaan
akhlakul karimah akan dicapai dengan baik.
Peranan guru sebagai pentransfer ilmu sangatlah penting. Seorang
guru tidak hanya memberikan pendidikan itu dalam bentuk materi-materi saja,
tetapi lebih dari itu harus dapat menyentuh sisi tauladannya. Sebab perilaku
seorang gurulah yang pertama-tama dilihat siswanya. Seorang guru selain
memberikan pendidikan yang bersifat materi pelajaran, juga harus memberikan
contoh yang baik dalam sosialisasi kehidupan. Bagaimana murid akan berperilaku
sesuai dengan yang diajarkan oleh gurunya, jika gurunya sendiri tidak pernah
memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya.
Tujuan dari pendidikan akhlak itu sendiri ialah membina dan
membangun kejiwaan serta keadaan seorang anak, sehingga anak tidak akan
terpengaruh oleh lingkungan atau pergaulan yang merugikan dan kalaupun mereka
masih juga salah pilih, maka setidak tidaknya mereka sudah dapat berfikir
secara bertanggung jawab dan di dalam diri mereka sudah terbentuk suatu
fundamen akhlak yang baik sebagaimana yang diharapkan.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka seorang guru pendidikan agama
Islam mampu berupaya dan menggunakan beberapa strategi dalam upaya pembinaan
akhlak siswa, baik itu strategi dalam penyampaian materi agama Islam dengan
menggunakan metode atau strategi tentang kegiatan apa saja yang harus di
laksanakan dalam membina akhlak siswa, karena dengan menggunakan strategi dapat
menghasilkan tujuan yang diinginkan dalam pendidikan.
Strategi yang harus dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam
pembinaan akhlak anak didik, selain menggunakan beberapa metode dalam
penyampaian materi juga harus ditunjang dengan adanya keteladanan atau
pembiasaan tentang sikap yang baik, tanpa adanya pembiasaan dan pemberian
teladan yang baik, pembinaan tersebut akan sulit mencapai tujuan yang
diharapkan, dan sudah menjadi tugas guru pendidikan agama Islam untuk
memberikan keteladanan atau contoh yang baik dan membiasakannya bersikap baik pula. Masa di usia pendidikan
dasar dan menengah adalah masa yang sangat menentukan untuk masa depannya.
Pendidikan akhlak anak harus dimulai sejak dini agar mereka menjadi penerus
bangsa yang memiliki akhlakul karimah. Oleh karena itu, harus ada pendidikan
yang mampu memadukan antara pendidikan sekolah, keluarga, dan lingkungan secara
kontineu, dengan mengkomunikasikan perkembangan anak kepada pihak sekolah atas
apa yang menjadi kebiasaan anak di rumah dan di lingkungan agar terjalin
komunikasi yang baik antara orang tua dan guru untuk perbaikan pendidikan
khususnya akhlak anak didik. Penting bagi orang tua untuk mencarikan dan
memilihkan sekolah yang tepat untuk pendidikan akhlak bagi anaknya, agar
berhasil menjadi anak yang sholeh dan berprestasi yang diharapkan memiliki
akhlak mulia.
Kemajuan zaman dan teknologi membawa dampak
yang cukup besar terhadap perkembangan suatu daerah, sebagai contoh
kecamatan pandaan termasuk kecamatan yang cukup pesat perkembangannya karena
banyak industri dan berdekatan dengan kecamatan prigen sebagai pusat pariwisata
di pasuruan, berkembangnya kecamatan pandaan dibarengi dengan kemajuan zaman
dan teknologi ini membawa dampak yang cukup signifikan, terutama bagi kalangan
pelajar dari segi pendidikan dan akhlak.
Salah satu sekolah yang merasakan dampak dari
kemajuan zaman dan teknologi adalah SMP Negeri 1 Pandaan. Di sekolah ini banyak
siswa yang mengalami penurunan akhlak, diantaranya yaitu menurunnya kesopanan
siswa dalam berbicara kepada guru dimana ketika siswa berbicara dengan guru
tidak dengan menggunakan bahasa indonesia atau bahasa jawa halus, melainkan
menggunakan bahasa yang kasar, kemudian adanya kasus yaitu mencuatnya foto dua
siswi SMP Negeri 1 Pandaan di media sosial saat asyik menikmati rokok yang
masih menggunakan seragam sekolah baru-baru ini cukup mengejutkan pihak
sekolah. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan untuk membina dan menguatkan
akhlak siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Keluarga yang memang dalam pembinaan akhlaknya
kurang akibat kesibukan orang tuanya. Sehingga akhlak dari anak tersebut bisa
dibilang kurang dan memerlukan pembinaan dari guru agama, jika pembentukan
akhlak ini masih kurang dalam keluarga, berarti pembentukan selanjutnya dapat
dikembangkan di sekolah. Sekolah inilah yang nantinya akan memberikan
pengembangan terhadap pembentukan akhlak siswa yang selanjutnya dapat dijadikan
pegangan oleh para guru khususnya guru pendidikan agama Islam. Karena dengan penanaman akhlak sejak dini akan menghasilkan
kader-kader yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara.
Terkait dengan adanya deskriptif tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa Di SMP Negeri 1 Pandaan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian darilatar
belakang di atas,
peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
1.
Bagaimana Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlakul karimah Siswa
di SMP Negeri 1 Pandaan?
2.
Apa Faktor Pendukung
dan Penghambat
Pembinaan Akhlakul
Karimah
Siswa
SMP Negeri 1 Pandaan?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian skripsi
ini adalah :
1. Meneskripsikan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMP Negeri 1 Pandaan.
2. Mendeskripsikan
faktor penghambat dan pendukung guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan
akhlakul karimah siswa SMP Negeri 1 Pandaan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibedakan menjadi 2
macam, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai pengambil kebijakan dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk mengetahui kondisi / tingkah laku siswa sehingga kebijakan
yang diambil dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan khususnya dalam hal
peningkatan akhlakul karimah siswa agar mempunyai nilai-nilai yang sesuai
dengan norma agama dan susila
b.
Dapat dijadikan pedoman untuk membina siswa dan intropeksi bagi
guru-guru dalam membina pribadi menuju insan yang baik.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat penelitian
yang diharapkan berguna bagi penerapan keilmuan di lapangan secara langsung.
Dalam penelitian ini, Manfaat praktisnya adalah :
a. Bagi lembaga yang bersangkutan dengan penelitian ini dapat memberikan
informasi yang lebih baik bagi lembaga pendidikan sekolah dalam meningkatkan
kualitas khususnya masalah akhlakul karimah.
b. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk
membina siswa dan intropeksi bagi guru dalam membina pribadi menuju insan yang
berakhlakul karimah.
c. Dalam mengambil kebijakan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
mengetahui kondisi atau tingkah laku siswa sehingga kebijakan yang diambil
dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan, khususnya dalam membina akhlak
tingkah laku siswa agar mempunyai nilai-nilai yang sesuai dengan norma agama
dan susila.
E.
Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi masalah-masalah
yang berkaitan dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan
akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pandaan Kabupaten Pasuruan.
Untuk mengatasi terlalu luasnya ruang
lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka penelitian ini perlu membatasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Obyek dalam penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 1 Pandaan Kabupaten Pasuruan mengenai Strategi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Pembinaan Akhlaqul Karimah Siswa.
2. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Pandaan Kabupaten Pasuruan Tahun
Ajaran 2017/2018.
F.
Orisinalitas Penelitian
Penelitian terdahulu merupakan uraian
singkat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah
yang sejenis, sehingga diketahui secara jelas posisi dan kontribusi penelitian
dilakukan pencarian sementara peneliti menemukan beberapa penelitian yang
hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Diantara hasil
penelitian terdahulu yang pernah diteliti adalah :
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No
|
Nama/judul/tahun
penelitian
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Hasil
|
1.
|
Khusnul Khotimah, Upaya Guru PAI dalam
meningkatkan Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Negeri 1 Kejayan, Pasuruan 2017
|
Sama-sama pengkaji tentang Akhlakul
Karimah Siswa
|
Perbedaan ada di tempat. Penelitian yang dilakukan
oleh Khusnul Khotimah di SMAN Negeri 1 Kejayan, Pasuruan, Sedangkan Penulis melakukan
penelitian di SMPN 1 Pandaan Kabupaten Pasuruan.
|
Upaya Membentuk Akhlakul Karimah Dalam
Prosesnya Khusnul Khotimah Melibatkan Kepala Sekolah, Guru PAI dan siswa
pada penelitiannya.
|
2.
|
Faizatul Munawaroh, Peran Soft Skill Guru
PAI dalam Membentuk Akhlak Siswa di SMP Negeri 3 Nguling Kecamatan Nguling
Kabupaten Pasuruan, 2017
|
Sama mengkaji tentang akhlak siswa
|
Perbedaannya lebih menkankan Soft Skill
Guru PAI dalam membentuk Akhlak Siswa sedangkan peneliti pada pembinaan
akhlak siswa.
|
Peran Soft Skill dalam membentuk
Akhlak siswa Dalam Prosesnya Faiza Melibatkan Kepala Sekolah, Guru PAI dan
siswa pada penelitiannya.
|
G.
Definisi Operasional
1. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.[12]
2. Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiyah Daradjat Guru PAI adalah
suatu usha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran agama islam, secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta dapat menjadikan islam sebagai pedoman hidup.
Jadi PAI (Pendidikan Agama Islam) adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik
dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini memahami dan
mengamalkan Ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan
yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Pembinaan
adalah Pembinaan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menuju tujuan
yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan yang jelas akan menimbulkan kekaburan
atau ketidakpastian, maka tujuan pembinaan merupakan faktor yang teramat
penting dalam proses terwujudnaya Akhlakul karimah siswa.
4. Akhlakul
karimah siswa adalah segala budi pekerti baik yang ditimbulkan tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan yang mana sifat itu menjadi budi pekerti yang utama
dan dapat meningkatkan harkat dan martabat siswa.
H.
Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami tulisan
skripsi ini, penulis membuat sistematika dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I : Adalah pendahuluan, ini diletakkan pada bab pertama,
karena bab ini merupakan gambaran dan pedoman secara singkat dalam penulisan
skripsi ini. Dalam bab ini akan diuraikan masalah : Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan, Manfaat Penulisan, Batasan Masalah, Definisi Operasional, Dan
Sistematika Pembahasan.
BAB II : Adalah Kajian Teori yang berisi
pembahasan teoritis dari masalah yang diidentifikasi tentang Strategi Guru PAI
dalam Pembinaan Akhlak Siswa yang meliputi : Kedudukan Guru PAI, Syarat Guru PAI, Sifat Guru
dalam Pandangan Islam, Tugas Guru PAI, Tanggung Jawab Guru PAI, Pengertian,
Dasar, Tujuan, Bentuk dan Manfaat Pembinaan Akhlakul Karimah, Strategi
Pembinaan Akhlakul Karimah, Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru PAI
dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa.
BAB III : Metode penelitian yang menguraikan
tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,
data dan sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data
dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV : Merupakan laporan hasil penelitian yang
terdiri dari latar belakang obyek penelitian, pada bab ini membahas masalah hasil
penelitian yang menjelaskan gambaran umum obyek penelitian, penyajian data dan
analisa data.
BAB V : Pembahasan Penelitian, disajikan
pembahasan secara komperhensif dari masalah yang menjadi kajian dalam skripsi
ini dengan mengolah data hasil penelitian.
BAB VI : Penutup yang meliputi kesimpulan terakhir
sebagai jawaban atas permasalahan yang ada, lampiran-lampiran dan dilengkapi
dengan saran-saran yang bersifat konstruktif.
[1] Zuhairini, dkk,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta 13220: Bumi Aksara, 2009) hlm.167
[4]H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung 40253: CV
Pustaka Setia, 2014) hlm.16-17
[5] Departemen Agama RI, Al-Quran
dan Terjemahnya, (Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan) Hlm. 84
[6] Departemen Agama RI, Al-Quran
dan Terjemahnya, (Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006) Hlm. 556
[7] Zakiyah Darajat, dkk,
Op, Cit. Hlm. 27
[8] Ibid, Hlm. 27
[9] Ibid, Hlm. 27
[10] Dewi wahyuningsih, Skripsi
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa Di
SMPN 1 Ngunut, Tulungagung
2016. Hlm. 3
[11] Ibid, hlm.4,……
[12] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar