Kamis, 02 Mei 2019

Skripsi Achmad Dimyati BAB 5

Tidak ada komentar:

BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah peneliti mengumpulkan data dari penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, maka selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut dari penelitian.
Sesuai dengan teknis analisis data yang dipilih oleh peneliti yaitu penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dengan menganalisis data yang telah peneliti kumpulkan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi selama peneliti mengadakan penelitian dengan lembaga terkait.
Data yang diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisis oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah. Di bawah ini adalah hasil dari analisis peneliti, yaitu:
A.  Strategi Guru PAI dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMPN 1 Pandaan
Berdasarkan temuan penelitian, diantara strategi yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pandaan antara lain adalah:
1.    Pendidikan Secara Langsung
a.    Pendekatan Personal
Pembinaan akhlak yang dilakukan dengan pendekatan personal merupakan langkah yang dilakukan guru dengan mendekati siswa secara individu dengan memberikan bantuan dan solusi atas permasalahan yang dihadapi siswa dan bimbingan moral kepada masing-masing individu.

Pendekatan ini dilakukan dengan metode dialog/hiwar yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dalam hal ini antara guru dan siswa.[113] Dialog tersebut dilakukan dengan nyaman agar siswa yang akan diarahkan memahami dan bisa diarahkan.
Cara yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pandaan yaitu jika yang melakukan pelanggaran siswa laki-laki adalah dengan merangkulnya dan ditegur. Biasanya diajak mengobrol berdua di tempat yang nyaman. Beliau tidak langsung mengintrogasinya, tetapi siswa itu diajak bercanda dan bercerita dahulu. Cerita tersebut menjerumus ke pokok permasalahan. Jika siswa yang sudah dinasehati secara halus tapi masih tetap melakukan pelanggaran, dan pelanggaran tersebut terlalu berat, maka siswa yang bersangkutan akan disidang. Bila tidak ada perubahan, diberi surat peringatan. Surat peringatan merupakan tanda siswa tersebut akan dikeluarkan jika tidak dihiraukan. Bila yang melakukan pelanggaran siswa putri perlakuannya sama dengan siswa laki-laki, akan tetapi tidak dengan dirangkul.
b.    Teladan
Karena sifat anak yang suka meniru terhadap orang-orang yang dikaguminya maka dalam pemberian materi guru langsung yang memberikan contoh-contoh sifat yang terpuji yang dimiliki oleh tokoh-tokoh yang menjadi panutan, dan selalu memberikan contoh-contoh secara langsung kepada siswa misalnya tindak tanduk, berbagai gerakan badan dan dramatisasi, suara dan perilaku sehari-hari, dengan demikian siswa akan dengan sendirinya meniru sikap dan tindakan dari guru tersebut.
Ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa guru sebagai teladan bagi anak didiknya dalam lingkungan sekolah disamping orang tua dirumah. Guru hendaknya menjaga dengan baik perbuatan maupun ucapan sehingga naluri anak yang suka meniru dan mencontoh dengan sendirinya akan turut mengerjakan apa yang disarankan baik itu orang tua maupun guru. Imam Al-Ghazali mengibaratkan bahwa orang tua itu seperti cermin bagi anak-anaknya, Artinya bahwa perilaku orang tua itu biasanya ditiru oleh anak-anaknya karena dalam diri anak cenderung suka meniru.
Memahami metode diatas, penulis menyimpulkan bahwa melalui sikap dan tindakan guru sehari-hari yang baik maka siswa diharapkan mampu meniru tingkah laku gurunya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pandaan melalui metode Teladan yaitu guru harus dapat memberikan contoh yang positif baik dalam perilaku, ucapan, gerakan dan sikap contohnya ketika bertemu orang mengucapkan salam, ramah dan senyum, disiplin dalam kesehariannya, datang tepat waktu ketika waktunya pembelajaran, menyenangkan, dan yang paling penting seorang guru harus berdo’a agar siswa-siswanya menjadi anak yang sholeh sholihah.   


c.    Pembiasaan
Pada awalnya pembiasaan yang baik perlu dipaksakan. Ketika seorang siswa telah terbiasa melakukan perbuatan baik dan tertanam dalam jiwa, niscaya ia akan selalu melakukan perbuatan baik tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Pendidikan instant berarti melupakan dan meniadakan pembiasaan. Tradisi dan karakter perilaku dapat diciptakan melalui latihan dan pembiasaan. Ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini, maka akan menjadi hobi bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan, dan pada waktunya akan menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Hal ini berlaku untuk hampir semu hal, meliputi nilai-nilai yang buruk maupun yang baik.[114]
Jadi pembiasaan pada intinya adalah menjadikan suatu hal yang tadinya dilakukan secara sadar dan terkadang terpaksa, diupayakan menjadi otomatis dan tanpa paksaan, melalui latihan dan pengulangan secara terus menerus.
Didalam melaksanakan pendekatan dan langkah-langkah pembiasaan diperlukan beberapa metode yang dapat digunakan untuk menciptakan kebiasaan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pandaan dengan cara yaitu  saling sapa, setiap pagi siswa bersalaman dengan dewan guru, siswa wajib mengikuti jadwal sholat dhuha dan sholat dhuhur secara berjama’ah, kalau di dalam kelas siswa harus saling tolong-menolong, tidak boleh menyakiti teman, harus jujur terhadap teman dan guru, ketika bertemu guru siswa bersikap sopan dan bersalaman, semua kegiatan pembiasaan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari dan akan menjadi pembiasaan yang baik. Guru di dalam kelas ketika mengajar juga menggunakan metode role playing yang mana siswa bermain peran sesuai arahan guru agar siswa lebih terbiasa melakukan akhlak yang baik.
2.    Pendidikan Secara Tidak Langsung
a.    Pemberian Hukuman
 Metode pemberian hukuman diberikan apabila siswa tidak mematuhi tata tertib, baik itu tata tertib didalam kelas maupun diluar kelas. Dengan pemberian hukuman kepada siswa yang melanggar tata tertib diharapkan siswa akan menyesali dan akan sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya itu salah dan tidak mengulangi perbuatannya tersebut dikemudian hari dan penekananya pada akhlak agar siswa dalam kesehariannya selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang tidak baik.
Ini sesuai dengan teori yang menyebutkan kalau hukuman juga menghasilkan disiplin, dan membina akhlak pada taraf yang lebih tinggi, akan menginsyafkan anak didik. Berbuat atau tidak berbuat bukan karena takut akan hukuman melainkan karena keinsyafan sendiri.
Dari uraian diatas, dapatlah disimpulkan bahwa dalam taraf pertama ini pembentukan formallah yang dititik beratkan, namun demikian, secara tidak langsung terdapat pula pembentukan material berupa pembentukan intensif pengarahan berupa persiapan-persiapan untuk pembentukan lebih lanjut.
Hukuman ini dilakukan apabila larangan yang telah diberikan ternyata masih dilakukan oleh peserta didik. Tetapi hukuman yang cocok bagi siswa bukanlah hukuman badan, melainkan hukuman yang sifatnya bisa membuat mereka tidak mau melakukan perbuatan tersebut dan juga benar-benar menyesal atas perbuatan yang sudah dilakukannya. Hukuman yang cocok adalah hukuman lewat tindakan-tindakan, ucapan dan syarat.
Di SMP Negeri 1 Pandaan hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak mematuhi tata tertib atau peraturan sekolah, di dalam kelas itu ada kesepakatan kelas atau peraturan yang ada di dalam kelas, misalkan siswa mengambil barang atau uang milik temannya kesepakatan kelasnya yaitu mengembalikan dua kali lipat dari yang diambil tadi, siswa yang tidak piket maka harus piket sendiri membantu di hari berikutnya, tergantung dari beratnya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa itu, semua dilakukan agar siswa dapat efek jera dan tidak melakukan pelanggaran tersebut kembali, kalau masih tidak jera maka di beri surat peringatan, kalau masih melakukannya lagi maka dikembalikan ke wali murid atau orang tuanya di panggil ke sekolah.



B.  Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMP Negeri 1 Pandaan
Berdasarkan temuan penelitian. Adapun faktor pendukung dan penghambat pendekatan dan langkah-langkah pembinaan akhlakul karimah siswa adalah sebagai berikut:
1.    Faktor Pendukung
a.    Teladan dalam diri guru
Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia adalah sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah di tentang apalagi ditolak.[115]
Dengan demikian tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan gerak gerik pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk, perilaku, bahkan gaya pendidik dalam mengajarpun akan sulit dihilangkan dalam ingatan siswa.
Karakteristik seorang guru harus dapat diteropong dan sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya, guru yang memiliki kedekatan dengan lingkungan siswa disekolah akan dijadikan contoh oleh siswanya. Karakteristik pendidik yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian, akan selalu direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti mereka.
Oleh karena itu, peran guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pandaan sebagai teladan sangat penting dalam rangka membentuk akhlak yang mulia bagi siswa-siswi yang diajarkanya, Guru sebagai teladan ketika dalam perilakunya, ucapan, gerakan, dan sikap harus dapat di contoh artinya dalam hal yang positif contohnya cara mengucapkan salam, dalam hal sholat, ketika bertemu orang dengan senyum, sapa. Dalam hal ini perilakunya harus dapat menunjukkan sosok seorang guru sebagai panutan.
b.    Metode Pembelajaran
Setiap metode pembelajaran didalamnya terdapat kelebihan dan kekuranganya. Bagi guru Pendidikan Agama Islam, kecermatan dalam memilih metode yang disesuaiakan dengan situasi dan kondisi anak didik akan sangat penting. Ketika akan mengajarkan bacaan Al-Qur’an, misalnya, guru Pendidikan Agama Islam hendaknya memilih metode yang memungkinkanya dapat memberi contoh sebanyak mungkin kepada anak didik, dan bukan hanya ceramah dengan menjelaskan beragam teori seputar ilmu tajwid.[116]
Penggunaan metode diatas, sudah tentu harus dibedakan ketika seorang guru mengajarkan tentang akhlak. Dalam mengajarkan materi ini, guru Pendidikan Agama Islam bisa saja menggunakan metode teladan serta ceramah untuk menjelaskan kebaikan dari sifat-sifat terpuji. Tetapi guna meningkatkan hasil pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam dapat juga mengajar anak didik untuk pro aktif menggali makna sifat-sifat terpuji tersebut melalui terjun langsung ditengah-tengah masyarakat seperti mendatangi panti asuhan, menyantuni fakir miskin atau kegiatan positif lainnya. Maka dari sinilah pentingnya metode pembelajaran supaya siswa bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah.
Di SMP Negeri 1 Pandaan Dalam mengajarkan materi akhlak disini mengajak anak didik untuk pro aktif menggali sifat-sifat terpuji seperti memakai metode role playing. Maka dai sinilah pentingnya metode pembelajaran supaya siswa bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah.
c.    Kerjasama dan dukungan dari orang tua
   Pengaruh orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberi beban dan tanggung jawab.
Orang tua adalah figur dan cerminan bagi anaknya. Apa yang diperbuat dan dicontohkan orang tua pada anaknya itulah yang akan ditiru. Sesibuk apapun orang tua harus meluangkan waktu untuk memberikan perhatian dan bimbingan serta keteladanan yang baik bagi anaknya. Orang tua juga harus berupaya untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang dan tentram, sehingga anak dengan mudah untuk diarahkan pada hal-hal yang positif. Dalam keteladanan orang tua harus memberikan contoh langsung tentang bagaimana kehidupan muslim sehari-hari seperti sholat pada waktunya, kejujuran dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh sekali terhadap proses pendidikan akhlak yang selama ini diterima siswa, dalam arti apabila lingkungan keluarga baik maka baik pula kepribadian anak, yang mana hal tersebut merupakan penunjang dalam pembinaan akhlak siswa. Begitu juga sebaliknya ketika lingkungan keluarga buruk, maka buruk pula kepribadian anak dan hal tersebut penghambat dalam pembinaan akhlak.
Di SMP Negeri 1 Pandaan Kebersamaan antara pihak guru dengan siswa dalam sekolah dan keikut sertaan orang tua sangat diperlukan untuk mendukung dari pembinaan akhlak itu yang utama itu dari faktor keluarga, guru disini hanya sebagai fasilitator saja anak-anak bersama guru disini kan hanya tujuh jam saja, siswa itu lebih banyak dirumah artinya dilingkungan keluarga, jadi yang paling banyak berperan itu di lingkungan keluarga, pihak sekolah sebaik apapun dalam membina akhlak anak tapi kalau tidak ada dukungan dari keluarga tidak memberikan suri tauladan yang baik bagi anak tidak memberikan motivasi itu akan menjadi faktor penghambat dalam pembinaan akhlak.
d.   Sarana dan prasarana
Guna menunjang keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa yaitu dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlakul karimah siswa seperti adanya tempat ibadah seperti musholla dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan seperti sholat dhuhur berjama’ah, sholat dhuha dan bisa juga digunakan untuk kegiatan majlis ta’lim untuk penyampaian materi agama yang sifatnya untuk pembinaan akhlakul karimah siswa.
Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berjalan dengan efektif apabila sarana dan prasarananya cukup. Untuk sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Pandaan sudah bisa dikatakan cukup untuk menunjang adanya kegiatan pembinaan akhlak siswa yang dikelola supaya berjalan dengan maksimal.
Di SMP Negeri 1 Pandaan sendiri sarana dan prasarananya diantaranya adanya fasilitas musholla, kemudian buku-buku literature, Al-Qur’an, perpustakaan dan lain-lain.
2.    Faktor Penghambat
a.    Kurangnya jam mata pelajaran PAI
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam pembinaan akhlakul karimah siswa. Melalui kurikulum yang berisi materi pelajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan serta akhlakul karimah seseorang.
Sekolah sebagai institusi resmi dibawah kelolaan pemerintah menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis, oleh para pendidik profesional dengan program yang dituangkan dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu.
Akan tetapi pemberian materi Pendidikan Agama Islam ini memang berbeda dibandingkan dengan sekolah yang identik dengan madrasah. Disana pembelajaran Pendidikan Agama Islam jamnya seimbang dengan mata pelajaran umum, akan tetapi di SMP Negeri 1 Pandaan sekolah yang identik dengan sekolah umum pemberian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memang sangat kurang yaitu hanya dua jam dalam seminggu. Maka dari itu semua ini menjadi kendala dalam adanya pembinaan akhlakul karimah siswa supaya waktu yang hanya dua jam seminggu itu bisa digunakan secara maksimal.
b.    Terbatasnya pengawasan pihak sekolah
Pihak sekolah khususnya guru Pendidikan Agama Islam tidak bisa selalu memantau atau mengawasi perilaku siswa diluar sekolah. Selain itu guru Pendidikan Agama Islam diluar tidak mengetahui baik atau buruknya lingkungan tempat tinggal siswa terutama orang tua atau keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam pembinaan akhlakul karimah siswa.
Di SMP Negeri 1 Pandaan sendiri, sekolah ini berusaha jangan sampai anak-anak ini tidak diperlakukan dengan baik oleh sekolah, oleh lingkungan, maupun orang tuanya sendiri, jangan sekali-sekali menyalahkan anak, karena bagaimanapun anak ini berangkat dari rumah, bagaimana kondisi di rumah harus di urai kenapa anak ini kok bisa seperti ini sekarang diatur di kasih tau dilarang di pelajari ini itu di sekolah di rumah di biarkan bebas ya balik lagi, sehingga kita sebagai seorang pendidik jangan sekali-sekali langsung memfonis anak jangan, anak itu banyak yang dia lakukan, bagaimana pun dia melihat, mendengarkan, meniru dari mana kalau tidak dari keluarga dahulu, baru ke yang lain ini menurut penuturan Ibu Erriastuti selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pandaan.
c.    Kesadaran para siswa
Siswa kurang sadar akan pentingnya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sekolah, apalagi kegiatan tersebut berkaitan sekali dengan pembinaan akhlak siswa.
Di SMP Negeri 1 Pandaan Sendiri kesadaran siswa dinilai masih kurang tentang pentingnya akhlakul karimah ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Ibu Istighfaroh selaku guru PAI di SMP Negeri 1 Pandaan yaitu semua itu tergantung personalnya sendiri sekolah sudah menyusun jadwal sholat dengan sebaik mungkin tapi siswa itu kadang melihat anak yang tidak sholat jadi tidak sholat, anak itu jadi rajin sholat karna ada nilainya atau point atau tanda tangan itu yang membuat anak itu jadi berkarakter baik agak ditakut-takut i kalau tidak ada point yang semangat saja yang sholat yang males ya gak akan sholat.
d.   Lingkungan Siswa
Keberhasilan dan ketidak berhasilan pelaksanaan pembelajaran serta pembinaan akhlakul karimah siswa sedikit banyak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jika keberadaan lingkungan sekitar mampu mencerminkan aktivitas positif bagi proses pembinan akhlakul karimah, maka dia mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pelaksanaan pendidikan. Sebaliknya, jika kondisi lingkungan terbukti tidak relevan dalam proses pembinaan akhlak, jelas akan mempengaruhi kekurang maksimalan proses pembinaan itu sendiri.
Lingkungan pergaulan menurut Hamzah Ya’qub adalah lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan, lingkungan organisasi, lingkungan kehidupan ekonomi dan lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas. Demikian faktor lingkungan yang dipandang cukup menentukan pematangan watak dan tingkah laku seseorang.[117]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka, tapi norma dan tata nilai yang ada lebih mengikat sifatnmya.
Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dan perkembangan jiwa keagamaan baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat memiliki tradisi keagamaanya yang kurang maka akan membawa pengaruh yang negatif terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak.
Di SMP Negeri 1 Pandaan faktor yang menghambat biasanya itu dari luar, kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik dari luar itu yang menghambat teman itu kan tidak semuanya baik kan, lingkungan masyarakat, faktor keluarga juga bisa, karna keluarganya kurang membina akhlak anak tersebut.




[113] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), hlm. 136
[114] Azizi Qodri, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003) Hlm. 146
[115] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Hal 45
[116] Munjin Nasih, dkk, Metode dan Teknik Pembelajaran Agama Islam, (Bandung: Refika aditama, 2009), hlm 20
[117] Hamzah Yaqub, Etika Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), Hlm 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar