BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah peneliti
mengumpulkan data dari penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi, maka selanjutnya peneliti akan melakukan analisis
data untuk menjelaskan lebih lanjut dari penelitian.
Sesuai dengan teknis
analisis data yang dipilih oleh peneliti yaitu penelitian menggunakan analisis
deskriptif kualitatif (pemaparan) dengan menganalisis data yang telah peneliti
kumpulkan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi selama peneliti mengadakan
penelitian dengan lembaga terkait.
Data yang diperoleh
dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisis oleh peneliti sesuai dengan hasil
penelitian yang mengacu pada rumusan masalah. Di bawah ini adalah hasil dari
analisis peneliti, yaitu:
A. Strategi Guru PAI dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMPN 1 Pandaan
Berdasarkan temuan
penelitian, diantara strategi yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembinaan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pandaan antara
lain adalah:
1.
Pendidikan Secara Langsung
a.
Pendekatan Personal
Pembinaan akhlak
yang dilakukan dengan pendekatan personal merupakan langkah yang dilakukan guru
dengan mendekati siswa secara individu dengan memberikan bantuan dan solusi
atas permasalahan yang dihadapi siswa dan bimbingan moral kepada masing-masing
individu.
Pendekatan ini
dilakukan dengan metode dialog/hiwar yaitu percakapan silih berganti antara dua
pihak atau lebih mengenai suatu topik, dalam hal ini antara guru dan siswa.[113]
Dialog tersebut dilakukan dengan nyaman agar siswa yang akan diarahkan memahami
dan bisa diarahkan.
Cara yang dilakukan
guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pandaan yaitu jika yang melakukan
pelanggaran siswa laki-laki adalah dengan merangkulnya dan ditegur. Biasanya
diajak mengobrol berdua di tempat yang nyaman. Beliau tidak langsung
mengintrogasinya, tetapi siswa itu diajak bercanda dan bercerita dahulu. Cerita
tersebut menjerumus ke pokok permasalahan. Jika siswa yang sudah dinasehati
secara halus tapi masih tetap melakukan pelanggaran, dan pelanggaran tersebut
terlalu berat, maka siswa yang bersangkutan akan disidang. Bila tidak ada
perubahan, diberi surat peringatan. Surat peringatan merupakan tanda siswa
tersebut akan dikeluarkan jika tidak dihiraukan. Bila yang melakukan
pelanggaran siswa putri perlakuannya sama dengan siswa laki-laki, akan tetapi
tidak dengan dirangkul.
b.
Teladan
Karena sifat anak
yang suka meniru terhadap orang-orang yang dikaguminya maka dalam pemberian
materi guru langsung yang memberikan contoh-contoh sifat yang terpuji yang
dimiliki oleh tokoh-tokoh yang menjadi panutan, dan selalu memberikan
contoh-contoh secara langsung kepada siswa misalnya tindak tanduk, berbagai
gerakan badan dan dramatisasi, suara dan perilaku sehari-hari, dengan demikian
siswa akan dengan sendirinya meniru sikap dan tindakan dari guru tersebut.
Ini sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa guru sebagai teladan bagi anak didiknya dalam
lingkungan sekolah disamping orang tua dirumah. Guru hendaknya menjaga dengan
baik perbuatan maupun ucapan sehingga naluri anak yang suka meniru dan
mencontoh dengan sendirinya akan turut mengerjakan apa yang disarankan baik itu
orang tua maupun guru. Imam Al-Ghazali mengibaratkan bahwa orang tua itu
seperti cermin bagi anak-anaknya, Artinya bahwa perilaku orang tua itu biasanya
ditiru oleh anak-anaknya karena dalam diri anak cenderung suka meniru.
Memahami metode
diatas, penulis menyimpulkan bahwa melalui sikap dan tindakan guru sehari-hari
yang baik maka siswa diharapkan mampu meniru tingkah laku gurunya.
Dari hasil
penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pandaan melalui metode Teladan yaitu
guru harus dapat memberikan contoh yang positif baik dalam perilaku, ucapan,
gerakan dan sikap contohnya ketika bertemu orang mengucapkan salam, ramah dan
senyum, disiplin dalam kesehariannya, datang tepat waktu ketika waktunya
pembelajaran, menyenangkan, dan yang paling penting seorang guru harus berdo’a
agar siswa-siswanya menjadi anak yang sholeh sholihah.
c.
Pembiasaan
Pada awalnya
pembiasaan yang baik perlu dipaksakan. Ketika seorang siswa telah terbiasa
melakukan perbuatan baik dan tertanam dalam jiwa, niscaya ia akan selalu
melakukan perbuatan baik tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
Pembiasaan merupakan
proses pendidikan. Pendidikan instant berarti melupakan dan meniadakan
pembiasaan. Tradisi dan karakter perilaku dapat diciptakan melalui latihan dan
pembiasaan. Ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan
ini, maka akan menjadi hobi bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi
ketagihan, dan pada waktunya akan menjadi tradisi yang sulit untuk
ditinggalkan. Hal ini berlaku untuk hampir semu hal, meliputi nilai-nilai yang
buruk maupun yang baik.[114]
Jadi pembiasaan pada
intinya adalah menjadikan suatu hal yang tadinya dilakukan secara sadar dan
terkadang terpaksa, diupayakan menjadi otomatis dan tanpa paksaan, melalui
latihan dan pengulangan secara terus menerus.
Didalam melaksanakan
pendekatan dan langkah-langkah pembiasaan diperlukan beberapa metode yang dapat
digunakan untuk menciptakan kebiasaan akhlakul
karimah siswa di SMP Negeri 1 Pandaan dengan cara yaitu saling sapa, setiap pagi siswa bersalaman
dengan dewan guru, siswa wajib mengikuti jadwal sholat dhuha dan sholat dhuhur
secara berjama’ah, kalau di dalam kelas siswa harus saling tolong-menolong,
tidak boleh menyakiti teman, harus jujur terhadap teman dan guru, ketika
bertemu guru siswa bersikap sopan dan bersalaman, semua kegiatan pembiasaan
tersebut dilakukan secara rutin setiap hari dan akan menjadi pembiasaan yang
baik. Guru di dalam kelas ketika mengajar juga menggunakan metode role
playing yang mana siswa bermain peran sesuai arahan guru agar siswa lebih
terbiasa melakukan akhlak yang baik.
2.
Pendidikan Secara Tidak
Langsung
a.
Pemberian Hukuman
Metode pemberian hukuman diberikan apabila
siswa tidak mematuhi tata tertib, baik itu tata tertib didalam kelas maupun
diluar kelas. Dengan pemberian hukuman kepada siswa yang melanggar tata tertib
diharapkan siswa akan menyesali dan akan sadar bahwa perbuatan yang
dilakukannya itu salah dan tidak mengulangi perbuatannya tersebut dikemudian
hari dan penekananya pada akhlak agar siswa dalam kesehariannya selalu berbuat
baik dan menjauhi perbuatan yang tidak baik.
Ini sesuai dengan
teori yang menyebutkan kalau hukuman juga menghasilkan disiplin, dan membina
akhlak pada taraf yang lebih tinggi, akan menginsyafkan anak didik. Berbuat
atau tidak berbuat bukan karena takut akan hukuman melainkan karena keinsyafan
sendiri.
Dari uraian diatas,
dapatlah disimpulkan bahwa dalam taraf pertama ini pembentukan formallah yang
dititik beratkan, namun demikian, secara tidak langsung terdapat pula
pembentukan material berupa pembentukan intensif pengarahan berupa
persiapan-persiapan untuk pembentukan lebih lanjut.
Hukuman ini
dilakukan apabila larangan yang telah diberikan ternyata masih dilakukan oleh
peserta didik. Tetapi hukuman yang cocok bagi siswa bukanlah hukuman badan,
melainkan hukuman yang sifatnya bisa membuat mereka tidak mau melakukan
perbuatan tersebut dan juga benar-benar menyesal atas perbuatan yang sudah
dilakukannya. Hukuman yang cocok adalah hukuman lewat tindakan-tindakan, ucapan
dan syarat.
Di SMP Negeri 1
Pandaan hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak mematuhi tata tertib
atau peraturan sekolah, di dalam kelas itu ada kesepakatan kelas atau peraturan
yang ada di dalam kelas, misalkan siswa mengambil barang atau uang milik
temannya kesepakatan kelasnya yaitu mengembalikan dua kali lipat dari yang
diambil tadi, siswa yang tidak piket maka harus piket sendiri membantu di hari
berikutnya, tergantung dari beratnya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa itu,
semua dilakukan agar siswa dapat efek jera dan tidak melakukan pelanggaran
tersebut kembali, kalau masih tidak jera maka di beri surat peringatan, kalau
masih melakukannya lagi maka dikembalikan ke wali murid atau orang tuanya di
panggil ke sekolah.
B. Faktor
Pendukung dan Penghambat Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMP Negeri 1
Pandaan
Berdasarkan temuan
penelitian. Adapun faktor pendukung dan penghambat pendekatan dan
langkah-langkah pembinaan akhlakul karimah
siswa adalah sebagai berikut:
1.
Faktor Pendukung
a.
Teladan dalam diri guru
Guru merupakan
teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia adalah sebagai
guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak
mudah di tentang apalagi ditolak.[115]
Dengan demikian
tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan
gerak gerik pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk, perilaku,
bahkan gaya pendidik dalam mengajarpun akan sulit dihilangkan dalam ingatan
siswa.
Karakteristik
seorang guru harus dapat diteropong dan sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-siswanya.
Pada intinya, guru yang memiliki kedekatan dengan lingkungan siswa disekolah
akan dijadikan contoh oleh siswanya. Karakteristik pendidik yang baik seperti
kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan,
kehati-hatian, akan selalu direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu
tertentu akan diikuti mereka.
Oleh karena itu,
peran guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pandaan sebagai teladan
sangat penting dalam rangka membentuk akhlak yang mulia bagi siswa-siswi yang
diajarkanya, Guru sebagai teladan ketika
dalam perilakunya, ucapan, gerakan, dan sikap harus dapat di contoh artinya
dalam hal yang positif contohnya cara mengucapkan salam, dalam hal sholat,
ketika bertemu orang dengan senyum, sapa. Dalam hal ini perilakunya harus dapat
menunjukkan sosok seorang guru sebagai panutan.
b.
Metode Pembelajaran
Setiap metode
pembelajaran didalamnya terdapat kelebihan dan kekuranganya. Bagi guru
Pendidikan Agama Islam, kecermatan dalam memilih metode yang disesuaiakan
dengan situasi dan kondisi anak didik akan sangat penting. Ketika akan
mengajarkan bacaan Al-Qur’an, misalnya, guru Pendidikan Agama Islam hendaknya
memilih metode yang memungkinkanya dapat memberi contoh sebanyak mungkin kepada
anak didik, dan bukan hanya ceramah dengan menjelaskan beragam teori seputar
ilmu tajwid.[116]
Penggunaan metode
diatas, sudah tentu harus dibedakan ketika seorang guru mengajarkan tentang
akhlak. Dalam mengajarkan materi ini, guru Pendidikan Agama Islam bisa saja
menggunakan metode teladan serta ceramah untuk menjelaskan kebaikan dari
sifat-sifat terpuji. Tetapi guna meningkatkan hasil pembelajaran, guru
Pendidikan Agama Islam dapat juga mengajar anak didik untuk pro aktif menggali
makna sifat-sifat terpuji tersebut melalui terjun langsung ditengah-tengah
masyarakat seperti mendatangi panti asuhan, menyantuni fakir miskin atau
kegiatan positif lainnya. Maka dari sinilah pentingnya metode pembelajaran
supaya siswa bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah.
Di SMP Negeri 1
Pandaan Dalam mengajarkan materi akhlak disini mengajak anak
didik untuk pro aktif menggali sifat-sifat terpuji seperti memakai metode role
playing. Maka dai sinilah pentingnya metode pembelajaran supaya siswa bisa
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah.
c.
Kerjasama dan dukungan dari
orang tua
Pengaruh
orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah
lama disadari. Oleh karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa
keagamaan tersebut, kedua orang tua diberi beban dan tanggung jawab.
Orang tua adalah
figur dan cerminan bagi anaknya. Apa yang diperbuat dan dicontohkan orang tua
pada anaknya itulah yang akan ditiru. Sesibuk apapun orang tua harus meluangkan
waktu untuk memberikan perhatian dan bimbingan serta keteladanan yang baik bagi
anaknya. Orang tua juga harus berupaya untuk menciptakan rumah tangga yang
harmonis, tenang dan tentram, sehingga anak dengan mudah untuk diarahkan pada
hal-hal yang positif. Dalam keteladanan orang tua harus memberikan contoh
langsung tentang bagaimana kehidupan muslim sehari-hari seperti sholat pada
waktunya, kejujuran dan sebagainya.
Dari penjelasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah merupakan suatu hal
yang sangat berpengaruh sekali terhadap proses pendidikan akhlak yang selama
ini diterima siswa, dalam arti apabila lingkungan keluarga baik maka baik pula
kepribadian anak, yang mana hal tersebut merupakan penunjang dalam pembinaan
akhlak siswa. Begitu juga sebaliknya ketika lingkungan keluarga buruk, maka
buruk pula kepribadian anak dan hal tersebut penghambat dalam pembinaan akhlak.
Di SMP Negeri 1
Pandaan Kebersamaan antara pihak guru dengan siswa dalam sekolah
dan keikut sertaan orang tua sangat diperlukan untuk mendukung dari pembinaan
akhlak itu yang utama itu dari faktor keluarga, guru disini hanya sebagai
fasilitator saja anak-anak bersama guru disini kan hanya tujuh jam saja, siswa
itu lebih banyak dirumah artinya dilingkungan keluarga, jadi yang paling banyak
berperan itu di lingkungan keluarga, pihak sekolah sebaik apapun dalam membina
akhlak anak tapi kalau tidak ada dukungan dari keluarga tidak memberikan suri
tauladan yang baik bagi anak tidak memberikan motivasi itu akan menjadi faktor
penghambat dalam pembinaan akhlak.
d.
Sarana dan prasarana
Guna menunjang
keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa yaitu dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diprogramkan
khusus untuk pembinaan akhlakul
karimah siswa seperti adanya
tempat ibadah seperti musholla dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan
seperti sholat dhuhur berjama’ah, sholat dhuha dan bisa juga digunakan untuk
kegiatan majlis ta’lim untuk penyampaian materi agama yang sifatnya untuk
pembinaan akhlakul karimah siswa.
Kegiatan-kegiatan
tersebut bisa berjalan dengan efektif apabila sarana dan prasarananya cukup.
Untuk sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Pandaan sudah bisa dikatakan cukup
untuk menunjang adanya kegiatan pembinaan akhlak siswa yang dikelola supaya
berjalan dengan maksimal.
Di SMP Negeri 1
Pandaan sendiri sarana dan prasarananya diantaranya adanya fasilitas
musholla, kemudian buku-buku literature,
Al-Qur’an, perpustakaan dan lain-lain.
2.
Faktor Penghambat
a.
Kurangnya jam mata pelajaran
PAI
Sekolah sebagai
institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam pembinaan akhlakul
karimah siswa. Melalui kurikulum yang berisi materi pelajaran, sikap dan
keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah
dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik pembiasaan yang baik
merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan
jiwa keagamaan serta akhlakul karimah seseorang.
Sekolah sebagai
institusi resmi dibawah kelolaan pemerintah menyelenggarakan kegiatan
pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis, oleh para pendidik
profesional dengan program yang dituangkan dalam kurikulum untuk jangka waktu
tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu.
Akan tetapi pemberian
materi Pendidikan Agama Islam ini memang berbeda dibandingkan dengan sekolah
yang identik dengan madrasah. Disana pembelajaran Pendidikan Agama Islam jamnya
seimbang dengan mata pelajaran umum, akan tetapi di SMP Negeri 1 Pandaan
sekolah yang identik dengan sekolah umum pemberian mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam memang sangat kurang yaitu hanya dua jam dalam seminggu. Maka dari
itu semua ini menjadi kendala dalam adanya pembinaan akhlakul karimah siswa
supaya waktu yang hanya dua jam seminggu itu bisa digunakan secara maksimal.
b.
Terbatasnya pengawasan pihak
sekolah
Pihak sekolah khususnya
guru Pendidikan Agama Islam tidak bisa selalu memantau atau mengawasi perilaku
siswa diluar sekolah. Selain itu guru Pendidikan Agama Islam diluar tidak
mengetahui baik atau buruknya lingkungan tempat tinggal siswa terutama orang
tua atau keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam pembinaan akhlakul karimah siswa.
Di SMP Negeri 1 Pandaan sendiri, sekolah ini berusaha
jangan sampai anak-anak ini tidak diperlakukan dengan baik oleh sekolah, oleh
lingkungan, maupun orang tuanya sendiri, jangan sekali-sekali menyalahkan anak,
karena bagaimanapun anak ini berangkat dari rumah, bagaimana kondisi di rumah
harus di urai kenapa anak ini kok bisa seperti ini sekarang diatur di kasih tau
dilarang di pelajari ini itu di sekolah di rumah di biarkan bebas ya balik
lagi, sehingga kita sebagai seorang pendidik jangan sekali-sekali langsung
memfonis anak jangan, anak itu banyak yang dia lakukan, bagaimana pun dia
melihat, mendengarkan, meniru dari mana kalau tidak dari keluarga dahulu, baru
ke yang lain ini menurut penuturan Ibu Erriastuti selaku Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Pandaan.
c.
Kesadaran para siswa
Siswa kurang sadar
akan pentingnya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sekolah, apalagi
kegiatan tersebut berkaitan sekali dengan pembinaan akhlak siswa.
Di SMP Negeri 1
Pandaan Sendiri kesadaran siswa dinilai masih kurang tentang pentingnya
akhlakul karimah ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Ibu Istighfaroh
selaku guru PAI di SMP Negeri 1 Pandaan yaitu semua itu tergantung personalnya sendiri sekolah sudah menyusun
jadwal sholat dengan sebaik mungkin tapi siswa itu kadang melihat anak yang
tidak sholat jadi tidak sholat, anak itu jadi rajin sholat karna ada nilainya
atau point atau tanda tangan itu yang membuat anak itu jadi berkarakter baik
agak ditakut-takut i kalau tidak ada point yang semangat saja yang sholat yang
males ya gak akan sholat.
d.
Lingkungan Siswa
Keberhasilan dan
ketidak berhasilan pelaksanaan pembelajaran serta pembinaan akhlakul karimah siswa sedikit banyak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Jika keberadaan lingkungan sekitar mampu mencerminkan aktivitas positif bagi
proses pembinan akhlakul karimah,
maka dia mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pelaksanaan pendidikan.
Sebaliknya, jika kondisi lingkungan terbukti tidak relevan dalam proses
pembinaan akhlak, jelas akan mempengaruhi kekurang maksimalan proses pembinaan
itu sendiri.
Lingkungan pergaulan
menurut Hamzah Ya’qub adalah lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan,
lingkungan organisasi, lingkungan kehidupan ekonomi dan lingkungan pergaulan
yang bersifat umum dan bebas. Demikian faktor lingkungan yang dipandang cukup
menentukan pematangan watak dan tingkah laku seseorang.[117]
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang
mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh
belaka, tapi norma dan tata nilai yang ada lebih mengikat sifatnmya.
Bahkan terkadang
pengaruhnya lebih besar dan perkembangan jiwa keagamaan baik dalam bentuk
positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat memiliki tradisi
keagamaanya yang kurang maka akan membawa pengaruh yang negatif terhadap
perkembangan jiwa keagamaan anak.
Di SMP Negeri 1
Pandaan faktor yang menghambat biasanya itu dari luar,
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik dari luar itu yang menghambat teman itu kan
tidak semuanya baik kan, lingkungan masyarakat, faktor keluarga juga bisa,
karna keluarganya kurang membina akhlak anak tersebut.
[113] Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), hlm. 136
[114] Azizi Qodri,
Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika
Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003) Hlm. 146
[115] Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2007), Hal 45
[116] Munjin
Nasih, dkk, Metode dan Teknik Pembelajaran Agama Islam, (Bandung: Refika
aditama, 2009), hlm 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar