BAB II
KAJIAN
TEORI
A.
Pengertian Strategi
Strategi adalah ilmu siasat perang,
siasat perang, bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk mencapai suatu
maksud atau tujuan tertentu. Strategi identik dengan teknik, siasat perang.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.[13]
Strategi menurut
kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan Guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Menurut J.R. David dalam Teaching
Strategies for College Class Room (1976) adalah a plan, method, or series of activities designe to achieves a particular
educational goal (P3G, 1980).
Newman dan Logan
(Abin Syamsudin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap
usaha sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi hasil (out
put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b.
Mempertimbangkan dan memilih
jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan
ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan
menetapkan tolok ukur (kriteria) dan patokan ukuran (standar) untuk mengukur
dan menilai taraf keberhasilan (achiefement)
usaha.[14]
B.
Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah figure seorang pemimpin atau
sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik yang bertujuan
untuk membangun kepribadian anak didik menjadi orang yang berguna bagi agama,
nusa, dan bangsa. Jadi guru disini mempunyai tanggung jawab atas segala sikap,
tingkah laku, dan perbuatan dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.[15]
Pendidik atau Guru adalah
mereka yang terlibat langsung dalam membina, mengarahkan, dan mendidik peserta
didik, waktu dan kesempatannya dicurahkan dalam rangka mentransformasikan ilmu
dan menginternalisasikan nilai termasuk pembinaan akhlak dan karakter peserta
didik.[16] Guru adalah
pendidik yang memegang mata pelajaran disekolah.[17]
Menurut Zakiyah Darajat Guru PAI adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama islam,
secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agam Islam yang diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak.[18] Jadi PAI
(Pendidikan Agama Islam) adalah usaha dasar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan
Ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Guru adalah pendidik profesional,
karenanya secara emplisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul
sebagian tanggung jawab pendidikan yang
terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke
sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin
menyerahlan anaknya kepada sembarang guru/sekolah karena tidak sembarang orang
dapat menjabat guru.[19]
1.
Kedudukan Guru Pendidikan Agama Islam
Salah satu hal yang amat menarik pada
ajaran Islam Adalah penghargaan islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu
tingginya penghargaan itu sehingga mendapatkan kedudukan guru setingkat di
bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu terikat
dengan ilmu (pengetahuan), sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan.
Penghargaan islam terhadap ilmu tergambar dalam hadits-hadits yang artinya
sebagai berikut :
a. Tinta ulama lebih berharga dari pada darah syuhada.
b. Orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadat, yang berpuasa
dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan salat, bahkan melebihi
kebaikan orang yang berperang di jalan Allah.
c. Apabila meninggal sorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam islam
yang tidak dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain.
Menurut Al-Ghazali menjelaskan kedudukan
yang tinggi yang diduduki oleh orang berpengetahuan dengan ucapannya bahwa
orang alim yang bersedia mengamalkan pengetahuannya adalah orang besar di semua
kerajaan langit, dia seperti matahari yang menerangi alam, ia mempunyai cahaya
dalam dirinya, seperti minyak wangi yang mengharumi orang lain karena ia memang
wangi.[20]
Guru memang menempati kedudukan yang
terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati,
sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah
yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian
mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan
masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat.
Mengemban tugas memang berat. Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab.
Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di
luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok
(klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru
agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya,
tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.[21]
2.
Syarat Guru Pendidikan Agama Islam
Soejono menyatakan bahwa syarat guru adalah sebagai berikut :
a.
Tentang umur, harus sudah dewasa
Tugas adalah tugas yang amat penting karena menyangkut perkembangan
seseorang, jadi menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas itu harus
dilakukan secara bertanggung jawab. Itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang
telah dewasa, anak-anak tidak dapat diminta pertanggung jawaban.
b.
Tentang kesehatan harus sehat jasmani dan ruhani
Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan pendidikan,
bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi
ruhani, orang gila berbahaya juga bila ia mendidik. Orang idiot tidak mungkin
mendidik karena ia tidak akan mampu bertanggung jawab.
c.
Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli
Ini yang penting sekali bagi pendidik, termasuk guru (orang tua di
rumah sebenarnya perlu sekali mengajari teori-teori ilmu pendidikan. Dengan
pengetahuannya itu diharapkan ia akan lebih berkemampuan menelenggarakan
pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Seringkali terjadi kelainan pada anak
didik disebabkan oleh kesalahan pendidikan di dalam rumah tangga.
d.
Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi
Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas
mendidik selain mengajar. Bagaimana guru akan memberikan contoh-contoh
kebaikan, bila ia sendiri tidak baik perangainya? Dedikasi tinggi diperlukan
juga dalam meningkatkan mutu mengajar.[22]
Munir mursi, tatkala membicarakan syarat guru kuttab (semacam
sekolah dasar di Indonesia), menyatakan syarat terpenting bagi guru dalam islam
adalah syarat keagamaan. Dengan demikian syarat guru dalam islam adalah sebagai
berikut:
a.
Guru harus mengetahui karakter murid.
b.
Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam
bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.
c.
Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan
ilmu yang diajarkannya.[23]
Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan,
tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah
ini:
a.
Takwa kepada Allah SWT.
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin
mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa
kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah
saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi
teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan
akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik
dan mulia.
b.
Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang
diperlukannya untuk suatu jabatan.
c.
Sehat Jasmani
Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular,
umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang
berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens sana in
corpora sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang
sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi
kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan
kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.
d.
Berkelakuan Baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru
harus memberi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan
pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan
ini hanya mungkin bisa dilakuakn jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru
yang tidak berkhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud
akhlak mulia dalam ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan
ajaran Islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw.
Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru,
bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang,
berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain,
bekerjasama dengan masyarakat.
Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan,
yakni berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional.[24]
3.
Sifat Guru dalam Pandangan Islam
Al-abrasyi menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a.
Zuhud: tidak mengutamakan
materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah
b.
Bersih tubuhnya: jadi, penampilan lahirnya menyenangkan
c.
Bersih jiwanya: tidak mempunyai dosa besar
d.
Tidak riak: riak menghilangkan keikhlasan
e.
Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
f.
Tidak menyenangi permusuhan
g.
Ikhlas dalam melaksanakan tugas
h.
Sesuai perbuatan dengan perkataan
i.
Tidak malu mengakui ketidaktahuan
j.
Bijaksana
k.
Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar
l.
Rendah hati (tidak sombong)
m.
Lemah lembut
n.
Pemaaf
o.
Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil
p.
Berkepribadian
q.
Tidak merasa rendah diri
r.
Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anak
sendiri)
s.
Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan,
pemikiran.[25]
Sementara itu, Mahmud Junus menghendaki sifat-sifat guru muslim
sebagai berikut :
a.
Menyayangi muridnya dan memperlakukan mereka seperti menyayangi dan
memperlakukan anak sendiri.
b.
Hendaklah guru member nasehat kepada muridnya seperti melarang
mereka menduduki suatu tingkat sebelum berhak mendudukinya.
c.
Hendaklah guru memperingatkan muridnya bahwa tujuan menuntut ilmu
adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan untuk menjadi pejabat, untuk
bermegah-megah, atau untuk bersaing.
d.
Hendaklah guru melarang muridnya berkelakuan tidak baik dengan cara
lemah lembut, bukan dengan cara mencaci maki.
e.
Hendaklah guru mengajarkan kepada murid-muridnya mula-mula bahan
pelajaran yang mudah dan banyak terjadi di dalam masyarakat.
f.
Tidak boleh guru merendahkan pelajaran lain yang tidak
diajarkannya.
g.
Hendaklah guru mengajarkan masalah yang sesuai dengan kemampuan
murid.
h.
Hendaklah guru mendidik muridnya supaya berfikir dan berijtihad,
bukan semata-mata menerima apa yang diajarkan guru.
i.
Hendaklah guru mengamalkan ilmunya, jangan perkataanya berbeda dari
perbuatannya.
j.
Hendaklah guru memberlakukan semua muridnya dengan cara adil,
jangan membedakan murid atas dasar kekayaan atau kedudukan.[26]
Sifat sifat guru yang dimaksud Mahmud Junus itu bercampur dengan
tugas dan syarat guru. Itu adalah karena ia menuliskannya dalam redaksi yang
kurang tepat, jika diubah dalam redaksi yang menggunakan kata sifat, kira-kira
kita temukan sifat guru sebagai berikut :
a.
Kasih sayang pada murid
b.
Senang memberi nasihat
c.
Senang memberi peringatan (Apa bedanya dengan nomor dua?)
d.
Senang melarang murid melakukan hal yang tidak baik
e.
Bijak dalam memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan lingkungan
murid
f.
Hormat pada pelajaran lain yang bukan pegangannya
g.
Bijak dalam memilih bahan pelajaran yang sesuia dengan taraf
kecerdasan murid
h.
Mementingkan berpikir dan berijtihad
i.
Jujur dalam keilmuan
j.
Adil
Sifat-sifat guru yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:
a.
Kasih sayang kepada anak didik
b.
Lemah lembut
c.
Rendah hati
d.
Menghormati ilmu yang bukan pegangannya
e.
Adil
f.
Menyenangi ijtihad
g.
Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan
h.
Sederhana
4.
Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru
adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru
mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik
menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas
mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya
dan membangun bangsa dan negara.[27]
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang
terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru
tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan
dan kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut
kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah
tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru
sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan
keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.[28]
Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya
sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat. Bahkan bila dirinci lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah
disebutkan. Menurut Roestiyah N.K., bahwa guru dalam mendidik anak didik
bertugas untuk:
a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik
berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis,
sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila.
c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik
sesuai Undang-undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun 1983.
d. Sebagai perantara dalam belajar.
e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa
anak didik ke arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk
anak menurut sekehendaknya.
f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat.
g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh
dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjadi lebih
dahulu.
h. Guru sebagai administrator dan manajer.
i. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.
j. Guru sebagai perencana kurikulum.
k. Guru sebagai pemimpin.
l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Dengan meneliti point-point tersebut, tahulah
bahwa tugas guru tidak ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa,
sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan
haknya secara proporsional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi
profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan
kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.[29]
Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan
islami-juga ahli pendidikan Barat
telah sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat
luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam
bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, member contoh, membiasakan, dan
lain-lain.
Ag. Soejono merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut
:
a.
Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan
sebagainya
b.
Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang
c.
Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik
memilihnya dengan tepat
d.
Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik
e.
Memberikan bimbingan dari penyuluhan tatkala anak didik menemui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya.[30]
Kemulian dan ketinggian
derajat guru yang diberikan oleh Allah SWT disebabkan mereka mengajarkan ilmu
kepada orang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab
yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik.
Tugas tersebut identik dengan dakwah Islamiyah yang juga bertujuan mengajak
umat islam untuk berbuat baik. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104 Allah
SWT berfirman :
`ä3tFø9ur
öNä3YÏiB
×p¨Bé&
tbqããôt
n<Î)
Îösø:$#
tbrããBù'tur
Å$rã÷èpRùQ$$Î/
tböqyg÷Ztur
Ç`tã
Ìs3YßJø9$#
4
y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
cqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÊÉÍÈ
Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”(Q.S. Ali Imran: 104).[31]
5. Tanggung Jawab
Guru Pendidikan Agama Islam
Tanggung jawab guru adalah mencerdaskan kehidupan anak didik.
Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak
didik. Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada
anak didik agar tahu bagaimana perbuatan yang susila dan asusila. Mana
perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti harus guru
berikan ketika di kelas, di luar kelaspun sebaiknya guru contohkan melalui
sikap, tingkah laku dan perbuatan.[32]
Sebagai pendidik, guru menerima tanggung jawab dalam mendidik anak pada
tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat, dan Negara. Tanggung Jawab dari orang
tua diterima guru atas dasar kepercayaan bahwa guru mampu memberikan pendidikan
dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik dan diharapkan pula
dari pihak guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai
kelanjutan dari sikap dan sifat oran tua pada umumnya, antara lain: kasih
sayang kepada peserta didik dan tanggung jawab kepada tugas mendidik.
Guru adalah figur seorang pemimpin, arsitektur yang dapat membentuk
jiwa dan watak peserta didik. Dengan demikian, guru memiliki kekuasaan untuk
membentuk dan membangun kepribadian peserta didik menjadi orang yang berguna
bagi agama, nusa dan bangsa. Dengan kata lain guru bertugas mempersiapkan
manusia susila yang cakap dan dapat diharapkan membangun dirinya, bangsa dan
negaranya. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun
diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Secara umum tugas guru PAI meliputi
empat hal yaitu: tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan dan tugas
kemasyarakatan.
Tugas guru PAI sebagai profesi adalah mendidik, mengajar, melatih
dan menilaiatau mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.[33]
Menilai adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengukur atau mengetahui
tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar mengajar di kelas.
Dalam tinjauan agama islam, tugas keagamaan guru sebagai juru
dakwah yaitu bertugas menyampaikan kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar
ma’ruf nahi munkar), mentransfer ilmu kepada peserta didik agar menjadi
manusia yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Sehingga tugas yang diemban
ini semata-mata untuk menyebarkan dan mensosialisasikan ajaran agama kepada
peserta didik. Untuk dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, guru terlebih
dahulu mengerti, memahami dan mengamalkan ajaran islam, bertakwa kepada Allah
dan berakhlak mulia. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia juga harus dapat menarik simpati
sehingga ia menjadi idola para siswanya.[34]
Sedangkan dibidang kemasyarakatan guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.[35]
Jadi tugas dan tanggung
jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina
jiwa dan watak peserta didik untuk membentuk peserta didik agar menjadi orang
bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan
datang tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung
antara sekolah dan masyarakat.
C.
Pembinaan Akhlakul Karimah
1.
Pengertian Pembinaan Akhlakul
Karimah
Pembinaan adalah perbaikan, atau tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna serta berhasil dalam memperoleh hasil yang lebih
baik.[36] Dalam
perkembangannya, pembinaan dapat dipahami sebagai usaha dengan sengaja terhadap
peserta didik oleh pendidik untuk mencapai tujuan tertentu dari pendidikan.
Sedangkan kata akhlak berasal dari bahasa arab
jamak dari khulukun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabi’at. Kata tersebut mengandung arti yang sesuai dengan perkataan khalqun
yang berarti kejadian, sangat erat hubungannya dengan khaliq artinya
menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq
artinya pencipta dan makhluk, artinya diciptakan.
Jadi pengertian akhlak, timbul sebagai alat yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluknya. Sedangkan menurut istilah,
akhlak didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Ibnu Maskawaih yang dikenal sebagai pakar
bidang akhlak terkemuka mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu
Imam Al-Ghozali, dikenal sebagai khujjatul islam (pembela islam) karena
kepiawaiannya dalam membela islam dari berbagai paham yang dianggap
menyesatkan, mendefinisikan akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam
hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.[37]
Definisi akhlak tersebut secara substansial
tampak saling melengkapi dan memiliki
lima ciri penting dari akhlak, yaitu:
a. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam
kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi kepribadiannya.
b. Akhlak yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, atau gila.
c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam
diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan,
dan keputusan yang bersangkutan.
d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
e. Sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan
akhlak (khususnya akhlak yang baik), akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
ikhlas semata-mata karena Allah SWT., bukan karena ingin mendapatkan suatu
pujian.
Dengan demikian, secara terminologis
pengertian akhlak adalah tindakan yang berhubungan dengan tiga unsur penting,
yaitu sebagai berikut.
a. Kognitif, yaitu pengetahuan dasar manusia
melalui potensi intelektualitasnya.
b. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal
manusia melalui upaya menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari
pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman
rasional ke dalam bentuk perbuatan yang konkret.
Dengan yang lebih luas dari Ibnu Maskawaih,
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
mancam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Sedangkan Ahmad Amin seorang pakar akhlak modern, akhlak
sebagai kehendak yang dibiasakan, maksudnya apabila kehendak itu sudah menjadi
suatu kebiasaan.[38] Sesuai
dengan Al-Qur’an Surat Al-Qalam : 4
y7¯RÎ)ur
4n?yès9
@,è=äz
5OÏàtã
ÇÍÈ
Artinya :
Dengan demikian untuk meraih kesempurnaan akhlak, seseorang harus
melatih diri dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang harus
berlatih dan membiasakan mewujudkan pemikiran dan kehendak baiknya itu dalam
hidup sehari-hari. Dengan cara demikian seseorang akan meraih kesempurnaan
akhlak, sebab akhlak seseorang bukanlah tindakan yang direncanakan pada
saat-saat tertentu saja, namun akhlak merupakan kautamaan kehendak dan
perbuatan yang melekat pada seseorang, yang akan tampak pada perilakunya
sehari-hari.[40]
Akhlakul Karimah adalah akhlak yang terpuji, yaitu perbuatan
terpuji dan mulia yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan atas
dasar kesadaran jiwa, bukan karena keterpaksaan. Nabi saw, diutus tidak lain
hanya untuk menyempurnakan budi pekerti luhur. Nabi saw. Bersabda:
اِنَّمَا بُعِثْتُ
لِاُتَمِّمَ مَكَرِمَ الْاَخْلاَقِ
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur”(H.R. Ahmad).
Perlu dijelaskan pula bahwa memang sering
perbuatan itu dilakukan secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau dikehendaki,
atau juga sesuatu perbuatan yang dilakukan sekali atau beberapa kali saja,
begitu pula suatu perbuatan yang dilakukan tanpa adanya ikhtiar dan kebeb asan,
dalam arti dilakukannya perbuatan tersebut dengan terpaksa, maka
perbuatan-perbuatan seperti di atas tidaklah dapat dikategorikan kedalam
“akhlak”.[41]
Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud
dengan akhlakul karimah siswa adalah segala perbuatan yang baik yang
ditimbulkan oleh seorang siswa tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang
mana sifat itu menjadi budi pekerti yang utama dan dapat meningkatkan harkat
martabat siswa dimata orang lain.
2. Dasar Pembinaan
Akhlakul Karimah
Adapun dasar pembinaan akhlakul karimah siswa sesuai dengan dasar
Pendidikan Agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dengan berdasarkan pada
pedoman keduanya maka dalam membina akhlakul karimah siswa dapat mengantarkan
siswa kepada kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun akhirat.
a. Dasar Akhlak dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 juga dijelaskan tentang
pentingnya dalam membina akhlakul karimah adalah sebagai berikut:
`ä3tFø9ur
öNä3YÏiB
×p¨Bé&
tbqããôt
n<Î)
Îösø:$#
tbrããBù'tur
Å$rã÷èpRùQ$$Î/
tböqyg÷Ztur
Ç`tã
Ìs3YßJø9$#
4
y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
cqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÊÉÍÈ
Artinya :
“dan hendaklah ada di antara kamu ada
segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”(Q.S. Ali Imron: 104).[42]
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab: 21
ôs)©9
tb%x.
öNä3s9
Îû
ÉAqßu
«!$#
îouqóé&
×puZ|¡ym
`yJÏj9
tb%x.
(#qã_öt
©!$#
tPöquø9$#ur
tÅzFy$#
tx.sur
©!$#
#ZÏVx.
ÇËÊÈ
Artinya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (Q.S. Al-Ahzab: 21).[43]
Sedangkan Allah telah memuji Nabi-Nya tentang kebaikan akhlaknya, dalam
firmannya dalam Q.S. Al Qalam ayat 4:
y7¯RÎ)ur
4n?yès9
@,è=äz
5OÏàtã
ÇÍÈ
Artinya:
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur” (Q.S. Al-Qalam: 4).[44]
Allah menjadikan akhlak mulia itu sebagai
penyebab untuk meraih surga yang tinggi Allah SWT Berfirman dalam Q.S. Ali
Imran ayat 133-134:
(#þqããÍ$yur
4n<Î)
;otÏÿøótB
`ÏiB
öNà6În/§
>p¨Yy_ur
$ygàÊótã
ßNºuq»yJ¡¡9$#
ÞÚöF{$#ur
ôN£Ïãé&
tûüÉ)GßJù=Ï9
ÇÊÌÌÈ tûïÏ%©!$#
tbqà)ÏÿZã
Îû
Ïä!#§£9$#
Ïä!#§Ø9$#ur
tûüÏJÏà»x6ø9$#ur
xáøtóø9$#
tûüÏù$yèø9$#ur
Ç`tã
Ĩ$¨Y9$#
3
ª!$#ur
=Ïtä
úüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÊÌÍÈ
Artinya:
“dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertaqwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan
Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan” (Q.S. Ali Imron: 133-134).[45]
b. Dasar Akhlak dalam Al-Hadist.
اِنَّمَا
بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَرِمَ الْاَخْلاَقِ
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan budi pekerti yang
luhur” (H.R. Ahmad).
اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya:
“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah mereka yang budi pekertinya paling baik” (H.R. At-Turmuzi).
3. Tujuan Pembinaan
Akhlakul Karimah
Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai
sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktivitas yang
dilakukan. Adapun tujuan pembinaan akhlakul karimah siswa adalah:
a.
Tertanamnya keyakinan yang kuat pada aqidah dan kebenaran islam.
b.
Membentuk pribadi yang berakhlak mulia. Dengan pribadi yang mulia
maka senantiasa akan berbuat baik dan berprilaku terpuji. Dengan kata lain jika
berakhlak mulia maka akan mendapatkan kebahagiaan kehidupan manusia, lahir
maupun batin.
c.
Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah yaitu dengan cara menghindarkan
diri dari akhlak tercela dan membiasakan untuk selalu bersikap baik dalam
segala hal baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
d.
Amar ma’ruf nahi munkar terhadap segala sesuatu yang dijumpai
berdasarkan aturan dan hukum yang ada.
e.
Terciptanya ruh ukhuwah islamiyah di dalam kehidupan sosial.
4.
Bentuk Kegiatan Pembinaan Akhlakul Karimah
Pada dasarnya sekolah merupakan suatu lembaga yang membantu bagi
tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang tidak dapat dilaksanakan secara sempurna di
dalam rumah maupun di lingkungan masyarakat. Sekolah tidak hanya bertanggung
jawab memberikan bimbingan, pembinaan dan bantuan terhadap anak-anak yang
bermasalah, baik dalam belajar, emosional maupun sosial sehingga dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing.[46]
Namun hendaknya diusahakan supaya sekolah menjadi lapangan yang
baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan akhlak anak didik, dengan
kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak didik dimana
pertumbuhan mental, moral, sosial, dan segala aspek kepribadian dapat berjalan
dengan baik.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiyah Daradjat dalam bukunya ilmu
jiwa agama, bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan
pengajaran (baik guru, pegawai-pegawai, buku-buku peraturan-peraturan dan
alat-alat) dapat membawa anak didik kepada pembiaan mental yang sehat, akhlak
yang tinggi dan pengembangan bakat, sehingga anak-anak itu dapat lega dan
tenang dalam pertumbuhannya dan jiwanya
tidak goncang.[47]
Dalam hal ini bentuk kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
diantaranya ialah:
a.
Memberikan pengajaran dan kegiatan yang bisa menumbuhkan
pembentukan pembiasaan berakhlak mulia dan beradat kebiasaan yang baik.
Misalnya:
1)
Membiasakan siswa bersopan santun dalam bertutur kata, berbusana,
dan bergaul dengan baik di sekolah maupun lingkup luar sekolah.
2)
Membiasakan siswa dalam hal tolong menolong, sayang kepada yang
lemah dan menghargai orang lain.
3)
Membiasakan siswa bersikap ridho, optimis, percaya diri, menguasai
emosi, dan sabar.
b.
Membuat program kegiatan keagamaan, yang mana dengan kegiatan
tersebut bertujuan untuk memantapkan rasa keagamaan siswa, membiasakan diri
berpegang teguh pada akhlakul karimah dan membenci akhlakul mazmumah.
1)
Adanya program sholat dhuhur berjama’ah
2)
Adanya program sholat jum’at disekolah
3)
Diadakannya peringatan-peringatan hari besar islam
4)
Adanya kegiatan pondok ramadhan
5)
Adanya program majlis ta’lim
6)
Adanya peraturan-peraturan tentang kedisiplinan dan tata tertib
sekolah
Dengan adanya program kegiatan diatas tadi diharapkan mampu
menunjang peaksanaan guru agama Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa
di sekolah.
5.
Manfaat Pembinaan Akhlakul Karimah
Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat
mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat
menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Dengan maksud dapat menempatkan
sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad,
taufik dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat.
Kebahagiaan hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam
lubuk hati. Di mana hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan selalu mendapat
ridha Allah, juga selalu disenangi oleh sesama makhluk.[48]
Walaupun demikian, untuk mendapatkan semua
diatas yaitu meraih kebahagiaan, kesejahteraan, dan ridha Allah tidak begitu
mudah. Manusia harus dapat membandingkan mana yang buruk dan mana yang baik.
Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang dapat berpegang pada
kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan kelurusan. Lebih lanjut seseorang
dapat memilih yang baik dan kemudian meninggalkan tindakan yang buruk.
Orang yang sudah mencapai pemilihan terhadap
kebaikan, diupayakan ada proses keyakinan dan menjadikan dirinya kontinuitas
(terus-menerus) dalam tindakan untuk membiasakan diri pada kebaikan, akhirnya
akan dapat menumbuhkan kegemaran.
Atas seorang yang mendapat kebahagiaan karena
akibat tindakan yang baik dan benar, dan berakhlak baik maka akan memperoleh:
a. Irsyad : Artinya dapat membedakan antara amal yang baik dan
amal yang buruk.
b. Taufiq : Perbuatan kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
Dan dengan akal yang sehat.
c. Hidayah : Berarti seseorang akan gemar melakukan yang baik dan
terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela.[49]
Dr.
Hamzah Ya’kub menyatakan bahwa hasil hasil atau hikmah dan faedah dari akhlak,
adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan derajat manusia
Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan
kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental spiritual. Antara orang
yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak
berilmu pengetahuan. Orang yang berilmu secara praktis memiliki keutamaan dengan
derajat yang lebih tinggi.
Dengan demikian, tentulah orang-orang yang
mempunyai pengetahuan dalam ilmu akhlak lebih utama dari pada orang yang tidak
tahu ilmu akhlak. Pengetahuan ilmu akhlak itu dapat mengantarkan seseorang
kepada jenjang kemuliaan akhlak, karena dengan ilmu itu dia akan dapat
menyadari mana perbuatan yang baik yang mengantarkan kepada kebahagiaan dan
mana pula perbuatan yang jahat yang bakal menjerumuskan kepada kesesatan dan
kecelakaan. Dengan ilmu akhlak yang dimilikinya itu dia selalu berusaha
memelihara diri supaya senantiasa berada pada garis akhlak yang mulia, yang
diridhai Allah SWT, dan menjauhi segala bentuk akhlak yang tercela, yang
dimurkai Allah SWT.[50]
b. Menuntun kepada kebaikan
Ilmu akhlak bukan sekadar memberitahukan mana
yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong kita
supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan yang
mendatangkan manfaat bagi manusia.
Memang benar tidaklah semua manusia itu dapat
dipengaruhi oleh ilmu itu serempak dan seketika menjadi baik. Akan tetapi
kehadiran ilmu akhlak mutlak diperlukan laksana kehadiran dokter yang berusaha
menyembuhkan penyakit. Dengan advis yang diberikan dokter, dapatlah orang sakit
menyadari cara-cara yang perlu ditempuh untuk memulihkan kesehatannya.
Demikian ilmu akhlak memberikan advis kepada
yang mau menerimanya tentang jalan-jalan membentuk pribadi mulia yang dihiasi
oleh akhlakul karimah. Dengan keterangan tersebut jelaslah bahwa pengetahuan
akhlak, adalah ilmu yang mengundang kepada kebaikan, serta memberikan tuntunan
kepadanya.
c. Manifestasi kesempurnaan iman
Iman yang sempurna akan melahirkan
kesempurnaan akhlak. Dengan perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah
manifestasi daripada kesempurnaan iman.
Sebaiknya tidaklah dipandang orang itu beriman
dengan sungguh-sungguh jika akhlaknya buruk. Untuk menyempurnakan iman,
haruslah menyempurnakan akhlak dengan mempelajari ilmunya sebagai suluh.[51]
d. Keutamaan di hari kiamat
Disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw.
Menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur, akan menempati kedudukan yang
terhormat di hari kiamat.
Abu Umamah Al-Bahili R.A. berkata: Rasulullah
Saw. Bersabda yang artinya:
“Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang
meninggalkan perdebatan, meskipun ia benar. Dan menjamin satu rumah di
pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan
menjamin satu rumah di bagian yang tinggi dari surga bagi orang baik budi
pekertinya” (H.R. Abu Dawud).[52]
e. Kebutuhan pokok dalam keluarga
Sebagaimana halnya makanan, minuman, pakaian
dan perumahan merupakan kebutuhan material yang primer dalam suatu keluarga,
maka akhlak adalah kebutuhan primer dari segi moral. Akhlak merupakan faktor
mutlak dalam menegakkan keluarga bahagia.
f. Membina kerukunan antar tetangga
Pentingnya akhlakul karimah di sini cukup
jelas, karena betapa banyaknya lingkungan yang gaduh karena tidak mengindahkan
kode etika. Islam mengajarkan agar antara tetangga dibangun jembatan emas
berupa silaturahmi, mahabbah dan mawaddah. Nabi dengan telitinya
memperhatikan masalah ini, sampai-sampai beliau anjurkan jangan merasa malu
menghadiahkan kepada tetangganya sekalipun hanya berupa kaki kambing dan kuah
gulai.
g. Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan
negara
Akhlak adalah faktor mutlak dalam nation
dan character building. Suatu bangsa atau negara akan jaya, apabila
warga negaranya terdiri dari orang-orang atau masyarakat yang berakhlak mulia.
Sebaliknya negara akan hancur apabila warganya terdiri dari orang-orang yang
bejat akhlaknya.
h. Dunia betul-betul membutuhkan akhlakul karimah
Dari dulu sampai sekarang, dunia selalu penuh
dengan orang-orang baik dan orang-orang jahat. Di mana-mana tempat di dunia
ini, kedua kelompok tersebut selalu ada, sekalipun jumlahnya berbeda-beda.
Jika dunia ditangani para Nabi dan Rasul serta
ahli-ahli hikmah seolah-olah dunia tersenyum gembira, dunia damai dan tenang.
Karena mereka itu selalu menggemakan panggilan akhlakul karimah, menyeru umat
manusia memiliki pribadi yang baik lagi luhur.
Jadi dengan mempelajari dan dengan adanya pembinaan akhlakul
karimah siswa, maka siswa diharapkan memelihara diri agar senantiasa berada
pada garis akhlak yang mulia dan menjauhi segala bentuk akhlak yang tercela
sehingga manusia akan dihargai dan dihormati. Untuk itu sangat penting
sekali pembinaan akhlak siswa melalui materi Pendidikan Agama Islam yang harus
ditanamkan sejak dini, agar mereka mampu menerapkan dalam kehidupannya
sehari-hari sehingga terbukalah kepribadian siswa yang berakhlakul karimah.
D. Strategi Pembinaan
Akhlakul Karimah Siswa
1.
Strategi Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa
Strategi guru
Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan Akhlakul
karimah siswa adalah rangkaian kegiatan-kegiatan yang telah didesain oleh
guru Pendidikan Agama Islam secara cermat untuk perbaikan pembinaan, atau
tindakan untuk membina akhlakul karimah siswa disuatu lembaga sekolah tertentu
sesuai dengan tempat guru Pendidikan Agama Islam tersebut mengajar.
Berikut ini langkah-langkah strategi guru
Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa:
a. Pendidikan Secara Langsung
Menurut marimba bahwa pendidikan secara langsung ini
terdiri dari lima macam yaitu:
1)
Teladan
Disini guru sebagai
teladan bagi anak didiknya dalam lingkungan sekolah disamping orang tua
dirumah. Guru hendaknya menjaga dengan baik perbuatan maupun ucapanya sehingga
naluri anak yang suka meniru dan mencontoh dengan sendirinya akan mengerjakan
apa yang disarankan baik itu orang maupun guru.[53]
2)
Anjuran
Anjuran adalah saran
untuk berbuat atau melakukan hal yang positif. Dengan adanya anjuran menanamkan
kedisiplinan pada siswa sehingga akhirnya akan menjalankan segala sesuatu
dengan disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik.
3)
Latihan
Tujuan dari latihan
adalah untuk menguasai gerakan hafalan dan ucapan-ucapan (pengetahuan). Dalam
melakukan ibadah gerakan dan ucapan itu penting. Dengan adanya latihan
diharapkan bisa tertanamkan dalam hati dan jiwa mereka.
4)
Kompetensi
Kompetensi adalah
persaingan meliputi hasil yang dicapai oleh siswa. Dengan adanya kompetensi
para siswa akan terdorong dalam belajar.
Misalnya guru
mendorong anak untuk berusaha lebih giat dalam beribadah. Kompetensi
menumbuhkan rasa kebersamaan dan menanamkan rasa saling percaya.
5)
Pembiasaan
Pembiasaan merupakan
strategi yang penting bagi pembinaan akhlakul
karimah. Karena pembiasaan yang baik bila dilakukan secara terus-menerus
akan muncul rutinitas yang baik dan tidak akan menyimpang dari ajaran islam.
b.
Pendidikan Secara Tidak
Langsung
Yaitu strategi guru
yang bersifat pencegahan, penekanan pada hal-hal yang akan merugikan.[54]
Strategi ini dibedakan menjadi tiga bagian diantaranya adalah:
1)
Larangan
Adalah suatu
keharusan untuk tidak melakukan pekerjaan yang dilarang tersebut. Strategi ini
dimaksudkan untuk mendisiplinkan peserta didik.
2)
Koreksi
Koreksi adalah suatu
strategi untuk mencegah dan menjaga, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan. Mengingat manusia bersifat tidak sempurna maka kemungkinan untuk
berbuat salah serta penyimpangan, maka sebelum kesalahan-kesalahan itu terjadi
lebih baik selalu ada usaha koreksi dan pengawasan.
3)
Hukuman
Hukuman adalah suatu
tindakan yang dijatuhkan kepada peserta didik secara sadar dan sengaja sehingga
menimbulkan efek jera. Dengan adanya efek jera tersebut siswa akan sadar atas
perbuatannya dan ia berjanji untuk tidak melakukannya lagi.
Hukuman ini
dilakukan apabila larangan yang telah diberikan ternyata masih dilakukan oleh
peserta didik. Tetapi hukuman yang cocok bagi siswa bukanlah hukuman badan
melainkan hukuman yang sifatnya bisa membuat mereka tidak mau melakukan
perbuatan tersebut dan juga benar-benar menyesal atas perbuatan yang sudah
dilakukannya. Hukuman yang cocok adalah hukuman lewat tindakan-tindakan,
ucapan, dan syarat.
Selain
langkah-langkah strategi ada juga metode-metode dalam pembinaan akhlakul karimah yang digunakan antara
lain:
a.
Metode Keteladanan
Keteladanan dalam
bahasa Arab disebut uswah, iswah, atau qudwah, qidwah yang
berarti perilaku baik yang dapat ditiru orang lain (anak didik). Dalam
pembinaan Akhlakul Karimah tidak hanya dapat dilakukan dengan pelajaran,
instruksi dan larangan melainkan dengan pemberian contoh teladan yang baik dan
nyata.
Orang tua dan guru yang
biasa memberikan keteladanan mengenai perilaku baik, maka biasanya akan ditiru
oleh anaknya dan muridnya dalam mengembangkan pola perilaku mereka. Imam
Al-Ghazali mengibaratkan bahwa orang tua itu seperti cermin bagi anak-anaknya.
Artinya bahwa perilaku orang tua itu biasanya ditiru oleh anak-anaknya karena
dalam diri anak cenderung suka meniru.
b.
Metode Nasehat
Pada umumnya nasehat
diberikan kepada orang yang melanggar peraturan, nasehat akan memberikan efek
bagi orang bahwa yang dilakukannya salah, sehingga mereka mengetahui salahnya
dan selanjutnya bisa merubah perilaku yang salah tersebut menjadi perilaku yang
baik.
c.
Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan
oleh para pendidik dalam menyampaikan atau mengajak orang untuk mengikuti
ajaran yang lebih ditentukan. Metode tersebut bisa berbeda, tergantung pada
pembinanya, bagaimana bicaranya, dan bagaimana bobot pembicaraanya dan apa
prestasi yang sudah dilakukan.[55]
d.
Metode Kisah-kisah
Kisah atau cerita
sebagai metode pendidikan yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan.
Kisah tersebut banyak dikemukakan oleh islam yang terdapat dalam Al-Qur’an atau
hadits. Untuk itulah dalam menggunakan metode kisah-kisah biasanya mengenai
pembahasan tentang akhlak dan keimanan.
Dengan adanya uraian
yang sudah diterangkan diatas, masalah yang terjadi dalam langkah-langkah
strategi dan metode pembinaan akhlak atau pelaksanaanya bagi guru maupun orang
tua mempunyai pengaruh yang penting dalam pelaksanaan pembinaan akhlakul karimah siswa.
Menerapkan Akhlakul karimah dalam kehidupan guru
begitu penting, sebab penampilan, perkataan, akhlak, dan apa saja yang terdapat
padanya, dilihat, didengar, dan pasti diketahui oleh siswa dan hal itu akan
mereka tiru, dan lebih jauh akan mempengaruhi dalam pembentukan dan pembinaan
akhlak mereka.
2.
Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam pembinaan Akhlakul Karimah Siswa
Akhlak yang baik dilandasi oleh ilmu, iman, amal dan taqwa. Ia
merupakan kunci bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan dalam kehidupan yang
diatur oleh agama. Dengan ilmu, iman, amal dan taqwa. Seseorang dapat
berprilaku yang tidak sesuai dengan akhlakul karimah. Sebab, ia lupa kepada
Allah yang telah menciptakannya.[56]
Membina dan mendidik akhlak terhadap siswa di sekolah tidak
selamanya berjalan mulus tanpa halangan rintangan bahkan sering terjadi
berbagai masalah dan yang mempengaruhi proses pembinaan akhlak siswa disekolah.
Dalam pembinaan akhlakul karimah siswa ada faktor pendukung dan
penghambat yang sangat berpengaruh dalam pembinaan akhlak siswa. Maka perlu
kita ketahui berbagai faktor penting dalam akhlak, yang memainkan peranan dalam
menentukan baik buruknya tingkah laku seseorang. Faktor-faktor tersebut turut
“mencetak” dan mempengaruhi tingkah laku manusia selaku pelaku akhlak, faktor
tersebut adalah sebagai berikut:[57]
a.
Faktor Pendukung Pembinaan Akhlakul Karimah
Faktor pendukung adalah keadaan yang membuat pekerjaan atau
kegiatan semakin mudah untuk dilakukan karena mendapat bantuan dari pihak luar.
Berikut faktor pendukung strategi guru Pendidikan Aagama Islam dalam pembinaan Akhlakul
karimah siswa:
1)
Adanya kesadaran atau kehendak dalam diri siswa
Kehendak menurut bahasa adalah kemauan, keinginan, dan harapan yang
keras. Sedangkan takdir yaitu ketetapan tuhan, apa yang sudah ditetapkan tuhan
sebelumnya atau nasib manusia.[58]
Salah satu kekuatan yang terlindung dibalik tingkah laku manusia
adalah kemauan (‘azam) itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan
sungguh-sungguh. Demikianlah seorang dapat mengerjakan suatu yang berat dan
hebat menurut pandangan orang lain karena di gerakkan oleh kehendak.
Sesungguhnya kehidupan para Rasul dan Nabi yang tahan uji itu dihayati oleh
kekuatan ‘azam. Allah memesankan dalam Q.S. Al-Ahqaaf: 35
÷É9ô¹$$sù
$yJx.
uy9|¹
(#qä9'ré&
ÏQ÷yèø9$#
z`ÏB
È@ß9$#
wur
@Éf÷ètGó¡n@
öNçl°;
4
öNåk¨Xr(x.
tPöqt
tb÷rtt
$tB
crßtãqã
óOs9
(#þqèVt7ù=t
wÎ)
Zptã$y
`ÏiB
¤$pk¨X
4
Ô÷»n=t/
4
ö@ygsù
à7n=ôgã
wÎ)
ãPöqs)ø9$#
tbqà)Å¡»xÿø9$#
ÇÌÎÈ
Artinya :
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah tinggal
(di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang
fasik (Tidak taat kepada Allah)” (Q.S. Al-Ahqaaf: 35).[59]
Dengan dimikian kehendak ini mendapat perhatian khusus dalam ilmu
akhlak, karena itulah yang menentukan baik buruknya sesuatu perbuatan. Dari
kehendak itulah menjelma niat yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau
tingkah laku menjadi baik dan buruk karenanya.
Kekuatan kehendak adalah rahasia kemenangan dalam hidup dan tanda
bukti bagi orang yang besar. Kehendak yang sakit dapat diobati dengan beberapa
macam obat:
a)
Bila kehendak itu lemah dapat diperkuat dengan latihan.
b)
Kehendak dihidupkan dengan agama. Dengan menjalankan syariat
sehingga dapat terbimbing kepada yang baik.
c)
Memperkenalkan jiwa pada jalan yang baik dan menghindari jalan yang
buruk menurut ajaran agama.
Allah yang menciptakan dan Allah yang bebas memilih siapapun dari
makhluknya sesuai dengan apa yang telah dikehendaki. Sebab ia adalah pengatur
secara mutlak. Tidak seorang pun yang memiliki hak untuk memilih yang sesuai
dengan kehendak-Nya. Allah berfirman dalam Q.S. Yunus: 107
bÎ)ur
y7ó¡|¡ôJt
ª!$#
9hÛØÎ/
xsù
y#Ï©%2
ÿ¼ã&s!
wÎ)
uqèd
(
cÎ)ur
x8÷Ìã
9ös¿2
xsù
¨!#u
¾Ï&Î#ôÒxÿÏ9
4
Ü=ÅÁã
¾ÏmÎ/
`tB
âä!$t±o
ô`ÏB
¾ÍnÏ$t6Ïã
4
uqèdur
âqàÿtóø9$#
ÞOÏm§9$#
ÇÊÉÐÈ
Artinya :
“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak
karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya, Dia yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Yunus: 107).[60]
2)
Teladan dalam diri guru
Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia adalah sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah di tentang apalagi ditolak.[61]
Dengan demikian tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan,
alat peraga, cara mengajar, dan gerak-gerik pendidik selalu diperhatikan oleh
siswa. Tindak-tanduk, perilaku, bahkan gaya pendidikan dalam mengajarpun akan sulit
dihilangkan dalam ingatan siswa.
Karakteristik seorang guru harus diteropong dan sekaligus dijadikan
cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya, guru yang memiliki kedekatan dengan
lingkungan siswa disekolah akan dijadikan contoh oleh siswanya. Karakteristik
pendidik yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan,
kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian, akan selalu direkam dalam
pikiran siswa dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti mereka.
Oleh karena itu, peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai teladan
sangat penting dalam rangka membentuk akhlak yang mulia bagi siswa-siswi yang
diajarkannya.
3)
Metode pembelajaran
Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui,
dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab, metode
disebut tariqoh, artinya jalan, cara system atau ketertiban dalam
mengerjakan sesuatu system atau cara yang mengatur suatu cita-cita.[62]
Pendidikan agama islam adalah bimbingan secara sadar dari pendidik
(orang dewasa) kepada anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan berdasarkan
norma-norma yang Islami agar terbentuk kepribadian muslim.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan metode pendidikan Islam disini
adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi
pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim.
Setiap metode pembelajaran didalamnya terdapat kelebihan dan
kekurangan. Bagi guru Pendidikan Agama Islam. Kecermatan dalam memilih metode
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak didik menjadi sangat penting.
Ketika mengajarkan bacaan Al-Qur’an,
misalnya, guru Pendidikan Agama Islam hendaknya memilih metode yang
memungkinkanya dapat memberi contoh sebanyak mungkin kepada anak didik, dan
bukan hanya ceramah dengan menjelaskan beragam teori seputar ilmu tajwid.[63]
Penggunaan metode pengajaran Al-Qur’an diatas, sudah tentu harus
dibedakan ketika seorang guru mengajarkan tentang akhlak. Dalam mengajarkan
materi ini, guru Pendidikan Agama Islam bisa saja menggunakan metode teladan
serta ceramah untuk menjelaskan kebaikan dari sifat-sifat terpuji. Tetapi guna
meningkatkan hasil pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam dapat juga
mengajar anak didik untuk pro aktif menggali makna sifat-sifat terpuji tersebut
melalui terjun langsung ditengah-tengah masyarakat seperti mendatangi panti
asuhan, menyantuni fakir miskin atau kegiatan positif lainnya. Maka dari
sinilah pentingnya metode pembelajaran supaya siswa bisa mengaplikasikanya
dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah.
4)
Kerjasama dan dukungan dari orang tua
Pengaruh orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam
pandangan islam sudah lama disadari. Oleh karena itu, sebagai intervensi
terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberi beban dan
tanggung jawab.
Orang tua adalah figur dan cerminan bagi anaknya. Apa yanh
diperbuat dan dicontohkan orang tua pada anaknya itulah yang akan ditiru.
Sesibuk apapun orang tua harus meluangkan waktu untuk memberikan perhatian dan
bimbingan serta keteladanan yang baik bagi anaknya. Orang tua juga harus
berupaya untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang dan tentram,
sehingga anak dengan mudah diarahkan pada hal-hal yang positif. Dalam
keteladanan oang tua harus memberikan contoh langsung tentang bagaimana
kehidupan muslim sehari-hari seperti sholat pada waktunya, tolong-menolong,
kejujuran dan sebagainya.[64]
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga
adalah merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh sekali terhadap proses
pendidikan akhlak yang selama ini diterima siswa, dalam arti apabila lingkungan
keluarga baik maka baik pula kepribadian anak, yang mana hal tersebut merupakan
penunjang dalam pembinaan akhlak siswa. Begitu juga sebaliknya ketika
lingkungan keluarga buruk, maka buruk pula kepribadian anak dan hal tersebut
penghambat dalam pembinaan akhlak.
5) Sarana dan prasarana
Guna menunjang keberhasilan guru Pendidikan
Agama Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa yaitu dengan adanya
kegiatan-kegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlakul karimah
siswa seperti adanya tempat ibadah seperti musholla dipergunakan untuk
kegiatan-kegiatan keagamaan seperti sholat dhuhur berjama’ah, sholat dhuha, dan
bisa juga digunakan untuk kegiatan majlis ta’lim untuk penyampaian materi agama
yang sifatnya untuk pembinaan akhlakul karimah siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut
dapat berjalan dengan efektif apabila sarana dan prasarananya cukup.
b. Faktor Penghambat Pembinaan Akhlakul Karimah
Faktor penghambat adalah keadaan yang membuat
pekerjaan atau kegiatan semakin sulit untuk dilakukan itu semua terjadi karena
pekerjaan atau kegiatan tersebut mendapat hambatan dari pihak luar atau dalam. Berikut faktor penghambat dalam strategi guru Pendidikan Agama
Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa:
1) Terbatasnya pengawasan pihak sekolah
Pihak sekolah khususya guru agama islam tidak
bisa selalu memantau atau mengawasi perilaku siswa diluar sekolah. Selain itu guru agama islam diluar tidak mengetahui baik buruk
lingkungan tempat tinggal siswa terutama pengawasan dari orang tua atau
keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam pembinaan Akhlak siswa.[65]
Setiap metode pembelajaran didalamnya terdapat
kelebihan dan kekurangan. Bagi guru Pendidikan Agama islam, kecermatan dalam
memilih metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak didik menjadi
sangat penting. Ketika mengajarkan bacaan Al-Qur’an, misalnya, guru Pendidikan
Agama Islam hendaknya memilih metode yang memungkinkannya dapat memberi contoh
sebanyak mungkin kepada anak didik, dan bukan hanya ceramah dengan menjelaskan
beragam teori seputar ilmu tajwid.[66]
2)
Kesadaran para siswa
Siswa kurang sadar akan pentingnya kegiatan keagamaan yang
dilakukan oleh sekolah, apalagi kegiatan tersebut berkaitan sekali dengan
pembinaan akhlak siswa.
3)
Kurangnya sarana dan prasarana
Guna menunjang strategi guru Agama Islam dalam pembinaan akhlak
siswa maka juga harus ada kegiatan-kegiatan yang bisa mendukungnya.
Kegiatan-kegitan tersebut bisa berjalan lancar apabila sarana dan prasarananya
dapat terpenuhi, namun, apabila sarana dan prasarananya kurang maka hal
tersebut menjadi kendala bagi pelaksanaan kegiatan.
4)
Kurangnya jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal
ikut memberi pengaruh dalam pembinaan akhlakul karimah siswa. Melalui
kurikulum, yang berisi materi pelajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai
pendidik serta pergaulan antar teman disekolah dinilai berperan dalam
menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari
pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan serta akhlakul
karimah seseorang. [67]
Sekolah sebagai institusi resmi dibawah
kelolaan pemerintah, menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara berencana,
sengaja, terarah, sistematis oleh tenaga pendidik profesional dengan program
yang dituangkan kedalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh
para peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tertentu.[68]
Akan tetapi pemberian materi tentang
Pendidikan Agama Islam ini memang berbeda bila dibandingkan dengan sekolah yang
beridentik dengan madrasah. Disana pembelajaran Pendidikan Agama Islam jamnya
seimbang dengan mata pelajaran umum, akan tetapi sekolah yang identik dengan
sekolah umum pemberian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memang sangat
kurang yaitu hanya dua jam dalam seminggu. Maka dari itu semua ini menjadi
kendala dalam adanya pembinaan akhlakul karimah siswa supaya waktu yang
hanya dua jam dalam seminggu itu bisa digunakan secara maksimal.
5) Lingkungan siswa
Manusia hidup selalu berhubungan dengan
manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Dan dalam pergaulan itu
timbullaah saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat dan tingkah laku.
Lingkungan pergaulan ini dapat dibagi kepada
beberapa kategori:
a) Lingkungan dalam rumah tangga: akhlak orang
tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anak-anaknya.
b) Lingkungan sekolah: akhlak anak sekolah dapat
terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru
disekolah.
c) Lingkungan pekerjaan: suasana pekerjaan selaku
karyawan dalam suatu perusahaan atau pabrik dapat mempengaruhi pula
perkembangan pikiran, sifat dan kelakuan seseorang.
d) Lingkungan organisasi/jama’ah: orang yang
menjadi anggota dari suatu organisasi (jama’ah) akan memperoleh aspirasi
cita-cita yang digariskan organisasi itu.
e) Lingkungan kehidupan ekonomi (perdagangan):
karena masalah ekonomi adalah kebutuhan primer dalam hajat manusia, maka
hubungan-hubungan ekonomi turut mempengaruhi pikiran dan sifat-sifat seseorang.
f) Lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan
bebas, ketika remaja itu bergaul dengan sesama remaja dalam bidang kebajikan,
niscaya pikirannya, sifatnya dan tingkah lakunya akan terbawa kepada kebaikan.
Demikian faktor lingkungan yang dipandang cukup
menentukan bagi pematangan watak dan perilaku seseorang.
[13]
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010). Hal. 325
[14] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012)
[15]
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., Hal. 36
[16]
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002). Hal. 112
[20]
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013) hlm. 122
[21]
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 31
[22]
Ahmad Tafsir, Op. Cit.,hlm. 128
[23] Ibid.,
hlm. 129
[24]
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 32
[30] Ibid.,
hlm. 126
[31]
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: CV. Pustaka
Agung Harapan) Hlm. 84
[32]
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 34
[33]
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 11, hlm. 7
[34] Ibid.,
hlm. 7
[35]
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 37
[36]
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), hlm 177
[37]
Beni Ahmad saebani dan KH. Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 13
[38] Ibid,
hlm. 14
[39]
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: CV. Pustaka
Agung Harapan) Hlm. 826
[41]
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm 17
[46]
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hal 47
[47]
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal 72
[56]
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:
Amzah, 2007), hal 75
[57]
Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar),
(Bandung: CV. Diponegoro, 1991), hal 55
[58]
Yatimin Op. Cit, hal 92
[61]
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 45
[62] Aat
Syafaat, Peranan Pendidikan Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal 39
[63]
Munjin Nasih, dkk, Metode dan Teknik
Pembelajaran Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal 20
[64] M.
Sabekti Abdul Khadir, Skripsi Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMA Negeri 4 Kediri 2016, hal 46
[65] Khusnul Khotimah, Skripsi Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Pembentukan
Akhlak Siswa di SMA Negeri 1 Kejayan, Pasuruan 2017. Hlm. 86
[66] Munjin Nasih, dkk, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal. 20
[67] Jalaluddin Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), hal 219
[68] Aat Syafaat, Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2008) hal 39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar